Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misi Antariksa China Ungkap Aktivitas Vulkanik di Bulan

Kompas.com - 13/10/2021, 07:00 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Menurut Ian Crawford, peneliti planet di University of London, temuan ini memberikan data penting tentang sejarah Bulan, dan Tata Surya secara umum.

Dengan mengetahui usia pasti Oceanus Procellarum, dan mencocokkannya dengan jumlah kawahnya, para ilmuwan dapat menyimpulkan usia lokasi, seperti Mars, dengan jumlah kawah yang sama dan memiliki usia yang sebanding.

Proses ini, yang dikenal sebagai penghitungan kawah, sejauh ini mengandalkan penanggalan sampel Bulan yang dikumpulkan oleh misi Apollo, sehingga meninggalkan celah besar dalam garis waktu antara satu dan tiga miliar tahun yang lalu.

"Sangat penting untuk mendapatkan lebih banyak data. Itulah yang telah berhasil dicapai oleh penelitian ini," kata Crawford.

Baca juga: Sederet Temuan di Dasar Sumur Neraka Yaman, dari Mutiara hingga Air Terjun

Misteri aktivitas vulkanik Bulan

Melansir Science News, 7 Oktober 2021, bulan terbentuk kira-kira 4,5 miliar tahun yang lalu.

Batuan bulan dari misi Apollo dan Soviet pada akhir 1960-an dan 70-an mengungkapkan bahwa aktivitas vulkanik di Bulan adalah hal biasa selama miliaran tahun pertama keberadaannya.

Sementara, aliran lava Bulan diperkirakan berlangsung hingga ratusan juta tahun.

Mengingat ukurannya, ilmuwan berpikir bahwa Bulan mulai mendingin sekitar 3 miliar tahun yang lalu, dan akhirnya menjadi satelit yang tenang dan tidak aktif seperti sekarang ini.

Namun kelangkaan kawah di beberapa daerah membuat para ilmuwan kebingungan.

Benda langit yang tidak memiliki aktivitas vulkanik akan menghasilkan semakin banyak kawah dari waktu ke waktu, sebagian karena tidak ada aliran lava yang menyimpan material baru yang mengeras menjadi bentangan halus.

Bintik-bintik bulan yang lebih halus tampaknya menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik telah bertahan melewati sejarah awal bulan.

Baca juga: Fenomena Hari Tanpa Bayangan 8-14 Oktober, Ini Jadwal dan Wilayahnya

Bulan jauh lebih dekat 2 miliar tahun lalu

Salah satu co-author dalam penelitan tersebut, Alexander Nemchin, peneliti planet di Beijing SHRIMP Center and Curtin University di Bentley, Australia, mengatakan, satu teori yang mungkin menjelaskan alasan aktivitas vulkanik bertahan lebih lama di Bulan adalah pengaruh gaya gravitasi yang dimiliki Bumi.

Ia mengatakan, gaya gravitasi dari Bumi bisa saja mencairkan interior Bulan, menjaga magma Bulan mengalir selama satu miliar tahun atau lebih, ketika seharusnya aliran itu berhenti.

“Bulan jauh lebih dekat 2 miliar tahun yang lalu,” jelas Nemchin.

Saat Bulan perlahan-lahan menjauh dari Bumi, proses lambat yang masih berlangsung hingga sekarang, kekuatan gravitasi akan semakin lemah sampai akhirnya aktivitas vulkanik berhenti.

Sementara, Jessica Barnes, peneliti planet di University of Arizona di Tucson yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan, dampak benturan dari asteroid dan komet juga bisa membuat cairan vulkanik Bulan tetap mengalir.

“Ini adalah contoh bagus mengapa kita perlu mengenal tetangga terdekat kita ini. Banyak orang mengira kita sudah tahu apa yang terjadi dengan Bulan, tapi sebenarnya masih banyak hal yang cukup misterius," kata Barnes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Tren
Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com