Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Misi Antariksa China Ungkap Aktivitas Vulkanik di Bulan

Melansir Nature, 7 Oktober 2021, Chang'e-5 mendarat di Bulan pada 1 Desember 2020 dan kembali ke Bumi dua hari kemudian, sambil membawa 2 kilogram sampel batuan Bulan.

Wahana luar angkasa buatan China itu akhirnya mendarat di kawasan Mongolia yang termasuk wilayah China Dalam pada 16 Desember 2020, bersama sampel batuan yang mereka bawa.

Para peneliti kemudian meneliti bagian kecil dari sampel seberat 2 kilogram itu, untuk mengungkap jejak-jejak aktivitas vulkanik di Bulan.

Misteri aktivitas vulkanik di bulan terungkap

Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal Science pada 7 Oktober 2021.

Katherine Joy, seorang peneliti planet di University of Manchester, Inggris, dan salah satu co-author dari penelitian tersebut mengatakan, sampel itu mengungkap beberapa hal yang sebelumnya tidak diketahui.

Ia mengatakan, hasil penelitian dari sampel itu menunjukkan terdapat aktivitas vulkanik di Bulan setidaknya satu miliar tahun lebih muda daripada yang ditemukan oleh astronot Apollo NASA atau oleh misi Luna Uni Soviet pada 1960-an dan 1970-an.

"Ini adalah aliran lava termuda yang pernah ada dari Bulan," kata Joy.

Joy mengatakan, temuan ini mengisi celah penting dalam mempelajari geologi Bulan, dan juga akan membantu para ilmuwan untuk memahami sejarah benda-benda Tata Surya lainnya.

Sampel batuan bukti letusan vulkanik miliaran tahun lalu

Berdasarkan sampel batuan yang dikumpulkan oleh misi Apollo dan Luna, para ilmuwan telah memiliki bukti letusan vulkanik di Bulan yang berlangsung lebih dari 4 miliar tahun, dengan mayoritas terjadi antara 3,8 miliar dan 3 miliar tahun yang lalu.

Namun, misi Chang'e-5 yang diluncurkan China mencoba untuk mengungkap fakta-fakta baru dengan mengambil sampel dari kawasan Bulan yang disebut sebagai Oceanus Procellarum.

Kawasan Oceanus Procellarum membentang 2.500 kilometer dari sisi utara ke selatan Bulan.

Di Oceanus Procellarum, hampir 2.000 kilometer kubik magma basaltik diperkirakan telah dimuntahkan ke permukaan.

Sama seperti di Bumi, aktivitas vulkanik Bulan diperkirakan terjadi ketika magma didorong ke permukaan dan meletus, menghasilkan "lautan" batuan basaltik di permukaan Bulan, yang dapat dilihat dengan mudah dari Bumi.

Wahana antariksa Chang'e-5 menggunakan sekop dan bor untuk mengumpulkan sampel di kawasan tersebut. Beberapa di antaranya teridentifikasi sebagai batuan basaltik, dan usianya ditentukan menggunakan penanggalan radioaktif.

Menurut Ian Crawford, peneliti planet di University of London, temuan ini memberikan data penting tentang sejarah Bulan, dan Tata Surya secara umum.

Dengan mengetahui usia pasti Oceanus Procellarum, dan mencocokkannya dengan jumlah kawahnya, para ilmuwan dapat menyimpulkan usia lokasi, seperti Mars, dengan jumlah kawah yang sama dan memiliki usia yang sebanding.

Proses ini, yang dikenal sebagai penghitungan kawah, sejauh ini mengandalkan penanggalan sampel Bulan yang dikumpulkan oleh misi Apollo, sehingga meninggalkan celah besar dalam garis waktu antara satu dan tiga miliar tahun yang lalu.

"Sangat penting untuk mendapatkan lebih banyak data. Itulah yang telah berhasil dicapai oleh penelitian ini," kata Crawford.

Misteri aktivitas vulkanik Bulan

Melansir Science News, 7 Oktober 2021, bulan terbentuk kira-kira 4,5 miliar tahun yang lalu.

Batuan bulan dari misi Apollo dan Soviet pada akhir 1960-an dan 70-an mengungkapkan bahwa aktivitas vulkanik di Bulan adalah hal biasa selama miliaran tahun pertama keberadaannya.

Sementara, aliran lava Bulan diperkirakan berlangsung hingga ratusan juta tahun.

Mengingat ukurannya, ilmuwan berpikir bahwa Bulan mulai mendingin sekitar 3 miliar tahun yang lalu, dan akhirnya menjadi satelit yang tenang dan tidak aktif seperti sekarang ini.

Namun kelangkaan kawah di beberapa daerah membuat para ilmuwan kebingungan.

Benda langit yang tidak memiliki aktivitas vulkanik akan menghasilkan semakin banyak kawah dari waktu ke waktu, sebagian karena tidak ada aliran lava yang menyimpan material baru yang mengeras menjadi bentangan halus.

Bintik-bintik bulan yang lebih halus tampaknya menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik telah bertahan melewati sejarah awal bulan.

Bulan jauh lebih dekat 2 miliar tahun lalu

Salah satu co-author dalam penelitan tersebut, Alexander Nemchin, peneliti planet di Beijing SHRIMP Center and Curtin University di Bentley, Australia, mengatakan, satu teori yang mungkin menjelaskan alasan aktivitas vulkanik bertahan lebih lama di Bulan adalah pengaruh gaya gravitasi yang dimiliki Bumi.

Ia mengatakan, gaya gravitasi dari Bumi bisa saja mencairkan interior Bulan, menjaga magma Bulan mengalir selama satu miliar tahun atau lebih, ketika seharusnya aliran itu berhenti.

“Bulan jauh lebih dekat 2 miliar tahun yang lalu,” jelas Nemchin.

Saat Bulan perlahan-lahan menjauh dari Bumi, proses lambat yang masih berlangsung hingga sekarang, kekuatan gravitasi akan semakin lemah sampai akhirnya aktivitas vulkanik berhenti.

Sementara, Jessica Barnes, peneliti planet di University of Arizona di Tucson yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan, dampak benturan dari asteroid dan komet juga bisa membuat cairan vulkanik Bulan tetap mengalir.

“Ini adalah contoh bagus mengapa kita perlu mengenal tetangga terdekat kita ini. Banyak orang mengira kita sudah tahu apa yang terjadi dengan Bulan, tapi sebenarnya masih banyak hal yang cukup misterius," kata Barnes.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/10/13/070000565/misi-antariksa-china-ungkap-aktivitas-vulkanik-di-bulan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke