KOMPAS.com - Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati masuk ke dalam daftar 100 Perempuan Paling Berpengaruh Internasional 2021 versi majalah bisnis global Fortune.
Pada tahun 2021 Nicke menempati peringkat ke-17 atau turun satu peringkat dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Harus Tahu, Ini Perbedaan SPBU Pertamina Warna Merah, Biru, dan Hijau
Berikut 20 teratas Wanita Paling Berpengaruh Internasional 2021 versi Fortune:
Baca juga: 5 Fakta Nicke Widyawati, Srikandi yang Menjadi Bos Baru Pertamina
Fortune menuliskan, Nicke menghadapi tiga kali kejutan selama setahun pandemi Covid-19, yaitu jatuhnya harga minyak, penurunan permintaan bahan bakar, dan tekanan nilai tukar rupiah.
Faktor-faktor tersebut menyebabkan penurunan tajam dalam pendapatan (turun 24 persen) dan laba (turun 58,4 persen) Pertamina tahun 2020.
Setelah kondisi telah membaik, Pertamina mencapai target produksi pada paruh pertama tahun 2021. Meski demikian, Covid-19 diperkirakan akan kembali membebani kinerja perusahaan.
Pertamina juga mengalami kebakaran di dua kilangnya awal tahun ini.
Di tengah tantangan tersebut, Fortune menyebut Nicke berupaya mendukung transisi energi di Indonesia, dengan membangun portofolio sumber energi terbarukan.
Hal itu dilakukan untuk menggerakkan negara yang lebih bersih di masa depan.
Baca juga: Nicke Widyawati Resmi Jabat Dirut Baru Pertamina
Sementara itu, Emma Walmsley untuk kesekian kalinya menduduki peringkat pertama perempuan paling berpengaruh internasional.
Emma Walmsley adalah CEO raksasa farmasi Inggris, GlaxoSmithKline (GSK).
Walmsley menghabiskan tiga tahun dalam usahanya membangun kembali raksasa farmasi Inggris ketika Covid-19 menyerang dan mengacak-acak prioritas dunia.
Sebagai salah satu produsen vaksin dan obat pernapasan terkemuka di dunia, GSK berada di garis depan pandemi.
Perusahaan itu berperan dalam menyediakan teknologi dalam upaya mengembangkan vaksin, meningkatkan produksi obat-obatan penting, seperti inhaler dan pereda nyeri.
Walmsley baru-baru ini juga dianugerahi gelar Dame oleh Ratu Elizabeth II.
Baca juga: Ini 12 Perempuan Muda Indonesia yang Masuk Daftar Forbes 30 Under 30 Asia
Penjualan dan laba bisnis GSK pada 2019 mengalami kenaikan masing-masing 4,8 persen dan 22 persen. Angka itu meningkat 8 persen pada paruh pertama 2020.
Kenaikan didorong oleh pertumbuhan divisi kesehatan konsumennya, sebagian besar karena mergernya dengan bisnis Prizer.
Tahun ini, penjualan obat-obatan pernapasan kanker dari GSK juga mnengalami kenaikan.
Perusahaan juga telah meluncurkan tiga obat pada tahun 2020, termasuk obat baru untuk multiple myeloma.