KOMPAS.com - Sejumlah negara di dunia tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19. Salah salah satunya Singapura.
Sementara, di negara-negara lain, tren kasus menunjukkan penurunan, termasuk di Indonesia.
Hingga Senin (27/9/2021) pagi, berdasarkan data Worldometers, total kasus infeksi virus corona di seluruh dunia mencapai 232.575.144 kasus.
Dari jumlah itu, sebanyak 4.761.434 orang meninggal dunia, dan 209.189.893 orang dinyatakan pulih.
Amerika Serikat masih menjadi negara dengan angka kasus tertinggi sampai saat ini.
Berikut ini 10 negara dengan jumlah kasus infeksi virus corona terbanyak di dunia:
Berikut perkembangan situasi terkait pandemi Covid-19 dari berbagai negara:
Melansir CNA, Jumat (24/9/2021), kewajiban itu diberlakukan karena semakin meningkatnya kasus Covid-19 di Singapura.
Sebelumnya, perusahaan atau perkantoran diizinkan untuk beroperasi dengan kapasitas maksimal 50 persen pegawai bekerja di kantor atau work from office (WFO).
"Pengusaha harus terus menerapkan jam kerja yang fleksibel dan menunda kembalinya karyawan ke tempat kerja," demikian MOH melalui pernyataan resmi.
Sementara, bagi karyawan, kontraktor, dan vendor yang tidak dapat bekerja dari rumah "sangat dianjurkan" untuk melakukan tes mandiri rapid test antigen setiap minggu.
Hal itu dianjurkan untuk mencegah karyawan yang terinfeksi pergi bekerja dan menjaga tempat kerja mereka tetap aman.
“Mereka yang dapat bekerja dari rumah tetapi perlu kembali ke tempat kerja karena alasan ad-hoc dapat melakukannya setelah dites negatif melalui ART (antigen) sebelum kembali ke tempat kerja,” kata MOH.
Baca juga: Siap Berdamai dengan Covid-19, Singapura Alami Lonjakan hingga Keluarkan Aturan Pembatasan Sosial
Melansir AP News, Minggu (26/9/2021), kegaduhan itu diduga terjadi setelah jalanan, bar, restoran dan klub malam dipenuhi dengan orang-orang yang merayakan berakhirnya pembatasan Covid-19 yang berlangsung selama lebih dari setahun.
Pemerintah Norwegia pada Jumat (24/9/2021) secara tiba-tiba mengumumkan bahwa sebagian besar pembatasan sosial yang tersisa akan dihapus mulai Sabtu (25/9/2021) dan kehidupan di negara berpenduduk 5,3 juta itu akan kembali normal.
Pengumuman tak terduga oleh Perdana Menteri Erna Solberg itu mengejutkan banyak orang Norwegia dan menyebabkan timbulnya kekacauan ibu kota Oslo, dan di tempat-tempat lain di negara itu.
“Sudah 561 hari sejak kita menerapkan tindakan terberat di Norwegia di masa damai,” kata Solberg pada konferensi pers Jumat (24/9/2021).
“Sekarang waktunya telah tiba untuk kembali ke kehidupan sehari-hari yang normal,” ujar dia.
Perayaan gaduh oleh ratusan warga di seluruh Norwegia dimulai Sabtu sore dan berlangsung hingga Minggu dini hari waktu setempat.
Polisi mengatakan, kerusuhan dilaporkan di beberapa tempat, termasuk di kota selatan Bergen dan pusat kota Trondheim, tetapi situasi terburuk terjadi di Oslo.
Antrean panjang terlihat di luar klub malam, bar dan restoran Oslo Sabtu malam dan polisi mencatat setidaknya 50 perkelahian dan gangguan pada malam hari itu.
Sertifikat bukti vaksinasi maupun hasil tes negatif Covid-19 tidak diperlukan untuk memasuki tempat-tempat semacam itu di Norwegia.
“Itulah yang saya prediksi akan terjadi,” kata seorang manajer klub malam, Johan Hoeeg Haanes, di Oslo kepada surat kabar Norwegia VG.
“Itu adalah situasi yang mengancam nyawa, karena mereka (pemerintah) tidak memberi kami pemberitahuan setidaknya beberapa hari sebelumnya. Ini adalah situasi yang berbahaya, karena polisi mengatakan semua tempat penuh sesak,” kata dia.
Di antara insiden yang terjadi, media Norwegia melaporkan bahwa polisi menerima aduan tentang seorang pria yang membawa parang di bus di Oslo dan orang-orang pingsan saat menunggu untuk masuk ke pub di Trondheim.
Melansir Reuters, Minggu (26/9/2021), wacana itu muncul karena puluhan ribu staf rumah sakit di New York hingga kini masih belum sepenuhnya tervaksinasi Covid-19.
Hochul mengatakan, negara bagian sedang mempertimbangkan untuk menggunakan petugas Garda Nasional dengan pelatihan medis, untuk menjaga agar rumah sakit dan fasilitas medis lainnya tetap memiliki staf yang memadai.
Kantor gubernur menyebutkan, hingga kini sekitar 16 persen dari 450.000 staf rumah sakit negara bagian, atau sekitar 70.000 pekerja, belum sepenuhnya divaksinasi.
"Kita masih berjuang melawan Covid-19 untuk melindungi orang yang kita cintai," kata Hochul saat mengumumkan rencana tersebut.
"Saya memuji semua petugas kesehatan yang telah meningkatkan diri untuk divaksinasi, dan saya mendesak semua petugas kesehatan yang tersisa yang tidak divaksinasi untuk melakukannya sekarang sehingga mereka dapat terus memberikan perawatan," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.