KOMPAS.com - Kapan pandemi Covid-19 akan berakhir?
Pertanyaan ini mungkin muncul di benak banyak orang. Pandemi telah berlangsung hampir 2 tahun, dan kasus-kasus baru masih ditemukan.
Ada negara yang bahkan sudah memasuki gelombang ketiga dan keempat pandemi virus corona.
Di Indonesia, meski kasus Covid-19 kini semakin menurun, pandemi masih belum berakhir.
Kompas.com, Kamis (23/9/2021), memberitakan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk terbiasa hidup dengan pandemi Covid-19.
Menurut dia, pandemi masih akan berlangsung sekitar lima tahun dari sekarang. Hal itu dikatakan Budi dalam konferensi pers vaksinasi Covid-19 dosis ke-2 untuk 10.000 pekerja media di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis.
Baca juga: Lakukan 4 Hal Ini untuk Jaga Semangat di Masa Pandemi
Budi mengatakan, pemerintah akan terus mencari solusi untuk mengendalikan pandemi Covid-19.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah memastikan semua orang telah divaksinasi dua dosis.
Setelah vaksinasi, masyarakat tetap tidak boleh euforia atau merasa senang berlebihan.
Protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak harus terus dilakukan.
Dia mengingatkan, masih ada potensi gelombang selanjutnya dari Covid-19. Contohnya seperti terjadi di Issrael dan Amerika Serikat.
Cakupan vaksinasi Covid-19 di negara itu sudah tinggi, tetapi masih ada kasus infeksi virus corona.
Kepala eksekutif Moderna Stephane Bancel memprediksi, pandemi corona bisa berakhir setahun lagi.
Hal itu disampaikannya ketika diwawancarai surat kabar Swiss, NZZ, Kamis (23/9/2021).
Dia optimistis, dengan perluasan kapasitas produksi vaksin Covid-19 di seluruh industri selama 6 bulan terakhir, maka peroduksi vaksin akan cukup untuk semua orang di Bumi pada pertengahan tahun depan.
Selain itu, hingga batas tertentu, akan lebih banyak stok suntikan booster yang tersedia. Bancel berharap, bahkan bayi juga bisa mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Ketika ditanya apakah itu berarti tahun depan "kembali normal", ia memprediksinya demikian.
"Mulai hari ini, dalam setahun, saya berasumsi," kata Bancel kepada NZZ.
Baca juga: Pemerintah Bersiap Ubah Status Pandemi ke Endemi Covid-19, Apa Artinya?
Selama ini, negara-negara kaya menawar vaksin dengan harga tinggi dan negara-negara miskin bergantung pada sumbangan vaksin.
Menurut Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, ironi ketika sejumlah pemerintahan negara menimbun stok vaksin Covid-19 dan menyia-nyiakannya.
Sementara, orang-orang di negara lain masih menunggu dosis pertama mereka.
Hampir 80 persen orang di negara-negara kaya di dunia telah menerima dosis pertama.
Tetapi, sebagian menghadapi kendala pasokan dan perusahaan biotek seperti Moderna menjual paling banyak dosis awal ke negara-negara kaya. Tingkat vaksinasi dosis pertama turun menjadi 20 persen di negara yang lebih miskin.
Co-creator vaksin Oxford-AstraZeneca, Sarah Gilbert, juga memprediksi bahwa Covid-19 akan berakhir seperti flu biasa.
Profesor Vaksinologi di Universitas Oxford itu mengatakan, virus corona mungkin tidak akan bermutasi menjadi versi yang lebih mematikan dan kebal terhadap vaksin.
“Kami biasanya melihat bahwa virus menjadi kurang ganas karena lebih mudah beredar,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.