Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Ekuinoks September, Siang Jadi Lebih Panjang dari Malam

Kompas.com - 24/09/2021, 11:05 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia mengalami fenomena astronomi berupa ekuinoks pada Kamis (23/9/2021).

Peneliti Pusat Riset Sains Antariksa-Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Andi Pangerang memaparkankan, ekuinoks di bulan September terjadi pada Kamis (23/9/2021) pukul 02.20.59 WIB, 03.20.59 Wita, atau 04.20.59 WIT.

Fenomena ekuinoks September terjadi ketika titik perpotongan ekliptika dan ekuator langit yang dilewati matahari dalam perjalanan semu tahunan matahari dari langit belahan Utara menuju ke langit belahan Selatan.

"Secara singkat, Ekuinoks adalah fenomena astronomis ketika lintasan semu harian Matahari berimpit dengan garis katulistiwa," jelas Andi, dari keterangan yang diterima Kompas.com, Kamis.

Fenomena ini mempengaruhi durasi siang dan malam yang ada di Bumi, termasuk di Indonesia.

Lantas, betulkah durasi siang lebih panjang saat ekuinoks?

Baca juga: Apa Itu Pendarahan Otak yang Dialami Tukul Arwana, Penyebab, dan Gejalanya

Pembiasan atmosfer

Equinox atau ekuinoks adalah fenomena astronomis ketika lintasan semu harian matahari berada di garis khatulistiwa.

"Bumi akan tegak, tidak ada belahan Bumi tertentu yang condong ke Matahari, sehingga garis batas siang malam atau terminator, berimpit dengan garis bujur atau meridian geografis Bumi," jelas Andi.

Posisi ini juga akan mempengaruhi perhitungan durasi siang dan malam di Bumi.

Adapun yang dimaksud dengan durasi siang adalah selang waktu yang dihitung sejak Matahari terbit hingga terbenam Matahari. Sementara, durasi malam adalah selang waktu yang dihitung sejak Matahari terbenam hingga terbit Matahari.

"Untuk daerah katulistiwa, selisih waktu terbit/terbenam antara dengan dan tanpa pembiasan atmosfer sebesar 2 menit. Hal ini karena faktor pembiasan atmosfer saat di ufuk sebesar 34 menit busur," papar Andi.

Akibat pembiasan atmosfer, ufuk atau cakrawala tampak akan lebih rendah dibandingkan dengan ufuk atau cakrawala sejati, sehingga waktu terbit Matahari akan lebih cepat dibandingkan jika tanpa pembiasan atmosfer. Adapun waktu terbenam Matahari juga akan lebih lambat dibandingkan jika tanpa pembiasan atmosfer.

Adapun pada fenomena ekuinoks yang terjadi kemarin, Kamis (23/9/2021), durasi siang di Indonesia bervariasi antara 12 jam 6 menit 40 detik hingga 12 jam 6 menit 42 detik.

Sementara, di kota paling Utara di dunia, Longyearbyen, Svalbard, Norwegia, durasi siang ketika ekuinoks bisa mencapai 12 jam 32 menit.

"Dengan demikian, durasi siang sedikit lebih panjang dibandingkan dengan durasi malam saat ekuinoks dan akan semakin lebih besar perbedaannya ketika mendekati kutub," imbuh Andi.

Baca juga: Indihome Ganggguan, Ini 2 Kompensasi yang Dijanjikan ke Pelanggan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com