Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Vaksin HPV dan Kenapa Penting?

Kompas.com - 19/09/2021, 15:15 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Apa itu vaksin HPV? HPV merupakan singkatan dari Human Papillomavirus (HPV).

Perbincangan soal vaksinasi HPV jadi salah satu perbincangan yang ramai setelah twit dari seorang pengguna mendapatkan respons dari para pengguna lainnya. 

Menurut unggahan tersebut, virus HPV dan Hep-B jika menyerang tubuh bisa menyebabkan kanker. 

Apa itu vaksin HPV dan kenapa penting?

Ilustrasi kanker serviks. Ilustrasi kanker serviks.
Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi dan Reproduksi RS Pondok Indah, dr Yassin Yanuar Mohammad, SpOG-KFER, mengatakan, virus HPV memang dapat menyebabkan kanker tergantung pada subtipenya.

"HPV adalah virus yang dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh kita, salah satunya leher rahim," ujar Yassin saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/9/2021).

Ia menyebutkan, ada 100 sub-tipe HPV yang digolongkan menjadi high-risk HPV, yang bisa menyebabkan kanker; serta golongan low-risk HPV, yang tidak menyebabkan kanker namun menyebabkan infeksi kutil kelamin.

Yassin menjelaskan, di Indonesia, kategori virus yang termasuk high risk yakni subtipe 16-18. Sedangkan kategori virus yang termasuk low risk adalah subtipe 6-11.

Untuk mencegah terpapar virus tersebut, para perempuan sebaiknya mendapatkan vaksin HPV. 

Virus HPV berisiko menjangkit pada orang yang berganti-ganti pasangan dalam hubungan seksual.

Oleh karena itu, perempuan penting untuk melakukan perlindungan secara primer (dengan vaksin), dan sekunder (dengan tidak melakukan hubungan seksual pada banyak orang).

Baca juga: Ramai Minuman Probiotik Sembuhkan Kanker Serviks dan Usus Besar, Dokter: Hoaks

Pentingnya vaksin HPV

Ilustrasi kanker servikschampja Ilustrasi kanker serviks
Seperti diketahui, kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan sering kali gejalanya tidak dirasakan dan tidak disadari.

Biasanya, gejala baru dirasakan ketika sudah stadium lanjut.

Hal inilah yang menyebabkan angka kematiannya cukup tinggi, karena penanganannya terlambat.

Oleh karena itu, Yassin mengimbau kepada masyarakat untuk memahami apa saja langkah pencegahan terbaik yang bisa dilakukan sebelum penyakit tersebut mencapai stadium lanjut.

"Pada kanker serviks itu perjalanannya enggak tiba-tiba jadi kanker, 90 persen penyebab dari kanker serviks itu HPV yang high risk, itu subtipe 16-18," ujar Yassin.

"Jadi, salah satu cara pencegahan terjadinya kanker serviks adalah memberikan vaksinasi, kekebalan pada virus ini," lanjut dia.

Pada usia berapa perempuan bisa disuntik vaksin HPV?

Tenaga medis menyiapkan jarum suntik untuk memberikan vaksin kanker serviks gratis dalam rangka HUT Pertamina Ke-55 di Kantor Pertamina, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (7/12/2012). Menurut data dari WHO, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita terbanyak di dunia. Setiap tahun terdeteksi hampir mencapai lebih dari 15.000 kasus kanker serviksKOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA Tenaga medis menyiapkan jarum suntik untuk memberikan vaksin kanker serviks gratis dalam rangka HUT Pertamina Ke-55 di Kantor Pertamina, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (7/12/2012). Menurut data dari WHO, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita terbanyak di dunia. Setiap tahun terdeteksi hampir mencapai lebih dari 15.000 kasus kanker serviks
Yassin mengungkapkan, vaksinasi HPV disarankan sedini mungkin bagi perempuan atau sekitar usia 9-10 tahun.

Sebab, kanker serviks membutuhkan waktu sekitar 7-15 tahun di dalam tubuh manusia untuk berkembang.

Artinya, sejak virus itu masuk, penderitanya tidak langsung merasakan sakit.

"Virus itu menyebabkan perubahan yang namanya lesi pra-kanker. Itu ada perubahan-perubahan sel pada rahimnya yang mengarah kepada kanker, tapi itu bukan kanker, baru pra kanker," jelas Yassin.

Yassin mengatakan, jika pra-kanker ini ditemukan lebih dulu menggunakan tindakan pap smear atau inspeksi visual asetat (IVA), pasien bisa disembuhkan dan diobati dengan persentase kesembuhan mencapai 90 persen.

Tindakan ini juga mencegah pra-kanker menjadi kanker.

"Ini sebelumnya kita melakukan pemeriksaan namanya pap smear rutin, dengan melihat perubahan sel. Jika ada selnya, harapannya kita menemukannya pas dia pra-kanker. Jadi masih bisa diobati sebelum berubah menjadi kanker," ujar Yassin.

Mereka yang sudah berusia dewasa juga masih bisa melakukan vaksinasi HPV.

Di dunia medis, ada metode pencegahan primer. Artinya, dokter bisa melakukan pencegahan sebelum virus masuk ke tubuh perempuan yang disebut dengan vaksin HPV.

Meski sudah divaksin, tidak serta-merta seorang perempuan kebal terhadap segala jenis virus HPV. Akan tetapi, hanya kebal terhadap virus HPV tipe tertentu saja.

Hal ini tergantung pada vaksin HPV subtipe berapa yang diberikan oleh dokter.

Sementara itu, ada virus lain yang tidak tercover, dan perempuan tetap harus melakukan prosedur pap smear. Hal ini untuk mengetahui apakah ada sesuatu pada leher rahimnya, seperti adanya pra kanker.

Selain pap smear, bisa juga dilakukan co-testing.

"Perlu diketahui juga, untuk mendeteksi juga bisa menggunakan inspeksi visual asetat (IVA) bisa dilakukan di puskesmas bisa demikian untuk pemeriksaan lebih optimal," kata Yassin.

Prosedur vaksinasi HPV

Ilustrasi.Shutterstock Ilustrasi.
Vaksin HPV memiliki masa jeda bagi mereka yang menjalani vaksinasi.

"Vaksin HPV itu ada reginennya. Kalau anak-anak 2 kali yakni penyuntikan pertama atau 0 bulan, dan suntikan kedua pada 6 bulan kemudian," ujar Yassin.

"Sementara, jika orang dewasa itu dilakukan 3 kali penyuntikan. Suntikan pertama 0 bulan, suntikan kedua 1 bulan setelahnya, dan suntikan ketiga 6 bulan setelahnya," lanjut dia.

Pemberian vaksin HPV pada anak cukup dilakukan 2 kali untuk mem-booster kekebalan tubuhnya. Alasannya, saat anak usia kurang dari 13 tahun, respons tubuhnya masih bagus dan optimal.

Untuk mendapatkan vaksinasi HPV, saat ini sudah tersedia di banyak rumah sakit, puskesmas, maupun klinik.

Harga yang ditawarkan juga beragam dan masih terjangkau.

Selain itu, orang yang sudah divaksin HPV biasanya hanya merasakan efek samping pegal yang bersifat sementara pada tempat suntikan.

"Saat ini efek sampingnya itu lokal, nyeri di tempat suntikan, tidak ada yang membahayakan," ujar Yassin.

Suntikan vaksin HPV umumnya dilakukan pada bagian otot, atau lengan atas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com