Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Kebakaran Lapas dan Budaya Keselamatan

Kompas.com - 11/09/2021, 19:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA tahun 1980-an, saya berkesempatan mengikuti pendidikan di Inggris. Pada minggu pertama, ada satu acara mengunjungi sebuah instalasi sipil di luar kota London. Gedung tempat tujuan kami itu adalah sebuah gedung tua yang direnovasi sedemikian rupa sehingga pada bagian dalamnya tidak terkesan sebagai sebuah gedung tua.

Acara pada hari itu sedianya akan dimulai pada pukul 10 pagi.Tiga puluh menit sebelum acara resmi dimulai, kami sudah berada di ruang tunggu lobi depan gedung itu. Tepat pukul 10.00, kami dikumpulkan pada satu ruangan untuk menerima penjelasan acara selama tiga hari di institusi tersebut.

Yang menarik adalah, kami menerima penjelasan dari guru atau dosen yang memberikan materi ajaran, bahwa agenda kami di hari itu akan dihentikan pada pukul 11.00, selama lebih kurang satu jam. Hal tersebut karena akan ada latihan simulasi kebakaran gedung.

Latihan ini adalah untuk melatih seluruh pengguna gedung, tentang apa yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran. Tidak sepenuhnya tentang apa yang harus dilakukan, akan tetapi lebih mengenai bagaimana harus melakukannya.

Ternyata prosedur tentang apa yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran sudah terpampang rapi pada setiap lantai gedung tersebut. Demikian pula kepada kami , walau berstatus sebagai tamu, harus menerima penjelasan terlebih dahulu tentang apa yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran. Demikianlah.

Tepat pukul 11.00, kami semua bersama sang dosen harus segera keluar gedung sesuai prosedur begitu mendengar alarm kebakaran di dalam gedung. Semua penghuni gedung terlihat sudah biasa melakukannya yaitu mengikuti jalur yang sudah ditentukan untuk bergerak keluar. Intinya adalah seluruh penghuni gedung sudah paham apa yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran.

Masih di luar negeri, pada sebuah hotel di kota kecil, saya pernah mengalami kejadian yang juga sangat menarik. Agak mendekati tengah malam, saya tiba-tiba dibangunkan oleh petugas hotel untuk segera keluar tanpa diperkenankan membawa apa apa.

Agak aneh dan dengan setengah bertanya-tanya, tentu saja kami semua mengikuti instruksi untuk keluar hotel. Tidak terlihat suasana panik, akan tetapi tampak orang orang keluar dengan pakaian bermacam-macam karena sudah menjelang tidur dengan wajah penuh tanda tanya.

Petugas hotel di koridor dan tangga, karena tidak diperkenankan menggunakan lift, membimbing para tamu dengan tenang dan ramah untuk keluar dengan segera. Semua tamu hotel dikumpulkan di ruang terbuka diseberang jalan.

Pemandangan yang agak lucu karena ada yang mengenakan piyama dan pakaian aneka ragam yang kerkesan seadanya. Sekitar lima menit kemudian, petugas hotel menjelaskan bahwa alarm kebakaran sudah berbunyi di salah satu lantai hotel, sehingga sesuai prosedur semua orang harus digiring keluar.

Agak beruntung, di kota kecil itu, hotel tempat kami tinggal hanya berlantai 5. Bayangkan kalau berlantau 25 harus turun dengan tangga. Hampir bersamaan, ketika Sang petugas hotel memberikan penjelasan, berdatanganlah mobil pemadam kebakaran dengan suara sirene yang meraung raung.

Saya sama sekali tidak melihat adanya asap lebih lebih api yang menyala dari tempat kami dikumpulkan. Di tengah malam yang cukup dingin itu, semua tamu hotel terpaksa harus menunggu lebih kurang dua jam sebelum diperkenankan untuk masuk hotel kembali.

Singkat kata, ternyata alarm kebakaran di salah satu lantai hotel telah berbunyi karena terjadi hubungan pendek dan bukan karena menerima signal adanya kebakaran.

Walau sejak awal petugas pemadam kebakaran kota sudah mengetahui dari hasil pemeriksaan bahwa alarm berbunyi karena sinyal yang salah, tetap saja, mereka harus melakukan prosedur standar apabila alarm kebakaran berbunyi. Prosedur standar itulah yang memakan waktu dua jam untuk melakukannya. Jadilah para tamu hotel “tersiksa” kedinginan di luar untuk menunggu petugas pemadam kebakaran melakukan kewajibannya.

Dari dua peristiwa itu , maka saya disadarkan tentang betapa budaya keselamatan sudah demikian mendarah daging ditanamkan pada wilayah untuk mencegah dibanding untuk mengatasi bila sudah terjadi.

Inilah salah satu kelemahan kita dalam menyikapi kemungkinan terjadinya kebakaran, sebuah budaya keselamatan yang lebih fokus pada tindakan mencegah dibanding upaya mengatasinya. Banyak lagi kelemahan kita dalam hal ini, terutama dalam menghadapi bahaya kebakaran.

Sudahkah tersedia alat pemadam kebakaran di rumah kita? Sudahkah tersedia alat pemadam kebakaran di dapur dan di garasi kita? Bila sudah ada, apakah telah dicheck masa berlakunya dan lain-lain.

Saya mengangkat ini dalam merespons terjadinya demikian banyak korban pada kebakaran lapas di Tanggerang beberapa hari yang lalu. Kita semua berduka, walau yang menjadi korban adalah para penghuni Lapas akan tetapi dalam hal ini kita tengah membicarakan tentang kemanusiaan. Kemanusiaan yang harus tetap dijunjung tinggi kita semua.

Semoga tidak terjadi lagi kebakaran gedung dengan demikian banyak korban yang berjatuhan. Amin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com