Salah seorang penumpang yang selamat Helda Suryani mengatakan, sebelum pesawat jatuh terjadi ledakan hingga empat kali.
Helda yang duduk di kursi bagian paling belakang mengisahkan, ledakan terakhir yang disusul kobaran api dari arah depan menyebabkan badan pesawat hancur.
Sementara, Sangapta Tarigan, saksi mata yang melihat langsung jatuhnya pesawat menuturkan, ekor pesawat sudah menabrak tiang lampu di ujung landasan.
"Setelah itu terdengar ledakan. Pesawat terus melaju sampai ke jalan (Jalan Jamin Ginting) dan menabrak rumah- rumah yang ada di sisi jalan," ujar Tarigan.
"Pesawat baru berhenti setelah menabrak tiang listrik, meledak lagi, dan patah. Bagian ekornya tertahan di dekat tiang listrik, sementara bagian depannya hancur menabrak rumah," imbuh dia.
Saksi mata lain, Noviarti berujar, awalnya terdengar suara ledakan keras seperti petir dari ujung landasan yang berdekatan dengan jalan umum.
Para pedagang dan pembeli yang memadati pasar berhamburan ke jalan.
Saksi lainnya, Modang Nainggolan menuturkan, dia melihat pesawat tersebut terbang rendah dan kemudian jatuh yang diiringi dua ledakan.
Warga Kelurahan Beringin, Kecamatan Medan Selayang, Medan, Nikson Simanjuntak, mengemukakan, dia mendengar suara mesin pesawat lalu disusul ledakan yang menggetarkan rumahnya.
"Getarannya seperti sedang terjadi gempa. Begitu kami keluar, ternyata asap tebal sudah membubung tinggi di Jalan Jamin Ginting," ujar dia.
Menteri Perhubungan (Menhub) saat itu, Hatta Rajasa mengatakan, kotak hitam pesawat nahas itu berhasil ditemukan tak lama usai kejadian.
"Biarkan Komite Nasional Penyelidik Kecelakaan Pesawat bekerja optimal. Yang jelas, pesawat itu dari segi umurnya layak terbang dan baru saja dilakukan C-check di bengkel pesawat Garuda," tuturnya.
Laporan yang diterima dari menara Bandara Polonia, katanya, menyebutkan bahwa pesawat Mandala itu gagal terbang saat lepas landas.
Diberitakan Kompas.com, 5 September 2019, isu yang beredar selepas tragedi nahas itu, pesawat terlalu berat lantaran mengangkut kargo durian.