Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sejarah Komestik dan Jenis-jenis Kosmetik Masyarakat Kuno

Kompas.com - 03/09/2021, 09:30 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Kosmetik bukan barang baru. Usaha manusia untuk memperbaiki atau memperindah penampilan sudah bermula sejak ribuan tahun yang lalu. 

Sekitar 6000 tahun yang lalu, masyarakat Mesir Kuno sudah mengenal kosmetik untuk digunakan sebagai pelengkap menyembah dewa-dewa.

Pigmen warna tambahan sudah digunakan di masa itu. Dibuat untuk membuat eyeliner dan eye shadow warna hijau yang melambangkan dewa Horus juga Re, dan dipakai baik oleh wanita maupun laki-laki.

Dilansir dari Britannica, soal kosmetik juga sudah disebutkan oleh beberapa kitab suci, salah satunya adalah di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru milik kaum Yahudi dan Nasrani.

Yaitu tertulis di ayat Injil Yeremiah, yang turun sekitar 627 Sebelum Masehi. Di situ tertulis sebuah pertentangan yang memprotes penggunaan baju, perhiasan dan cat pada kelopak mata yang digunakan sebagai pelengkap manusia-manusia kuno menyembah dewa. 

Baca juga: Simpan Kosmetik dengan Cara ini Agar Produk Tak Mudah Rusak

Mengenal kosmetik bangsa kuno

Ilustrasi kosmetik.UNSPLASH/RAPHAEL LOVASKI Ilustrasi kosmetik.
Dalam banyak catatan sejarah, bangsa Mesir Kuno dikatakan sudah mengenal kosmetik yang digunakan sebagai pelengkap manusia dalam melakukan banyak ritual kepercayaan.

Kosmetik juga mereka gunakan untuk mendandani manusia yang sudah mati, agar penampilannya sempurna dalam menghadap para dewa.

Di abad ke-12 ditemukan bukti-bukti bahwa wanita Mesir sudah mewarnai bibirnya dengan berbagai pigmen alam yang banyak ditemukan di sekitar mereka.

Nefertiti, permaisuri agung dari Fir'aun, diceritakan selalu mewarnai kelopak matanya dengan pigmen alam green malachite dan black galena.

Sedangkan ratu Nefertari, mewarnai pipinya agar merona ranum dengan pigmen alam yang ia dapatkan dari campuran berbagai sayur mayur dan batu mineral.

Selain pewarna bibir, eye shadow, dan pemerah pipi, ada pula produk kosmetik kuno berupa parfum yang terbuat dari pohon Boswellia.

Parfum ini digunakan untuk memberikan wewangian manusia hidup dan yang sudah mati, menutup napas tak sedap, juga menyehatkan kulit.

Baca juga: Sejarah Lipstik, dari Simbol Kecantikan hingga Moralitas

Kosmetik berbagai masyarakat dunia

Kosmetik juga sudah ada di Romawi dan Yunani Kuno. Dilansir dari worldhistory, sekitar abad ke 13 dan 14, masyarakat Yunani Kuno sudah memiliki berbagai produk kosmetik yang digunakan untuk merawat dan mempercantik rambut, gigi juga wajah.

Sama seperti masyarakat Mesir Kuno, masyarakat Yunani Kuno juga menggunakan bahan-bahan alami untuk diolah menjadi produk kosmetik.

Seperti siput yang digunakan untuk membersihkan noda-noda hitam pada wajah, minyak dari bulu domba yang digunakan untuk melembabkan wajahdan kotoran kadal yang digunakan untuk mengatasi kerutan.

Baca juga: Lipstik Patah Jangan Dibuang, Ikuti Tips Berikut Ini

Ilustrasi kosmetikeverydayplus Ilustrasi kosmetik
Kosmetik memang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, berada di tengah-tengah masyarakat dunia.

Jika Yunani Kuno menggunakan kotoran kadal, beda lagi produk kosmetik yang digunakan oleh masyarakat kuno di China, Mongolia, Jepang, Eropa, juga masyarakat Amerika.

Kosmetik merambah pangsa bisnis sejak permulaan tahun 1800-an, di mana perusahaan kosmetik barat mulai berdiri dan memproduksi berbagai barang yang dilengkapi dengan standar keamanan dan kesehatan.

Selepas itu, dari abad ke abad, kosmetik berkembang pesat dan menjadi sahabat wanita yang paling lekat.

Baca juga: Langkah Mudah Membersihkan Spons Bedak agar Wajah Terhindar dari Kuman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com