KOMPAS.com - Lipstik adalah senjata andalan wanita dari masa ke masa. Tanpa lipstik, bibir wanita tak akan tampak merah juga menggoda.
Sejak kapankah wanita mengenal si pemerah bibir ini?
Jika ingin menelusuri sejarah lisptik, agaknya kita perlu kembali ke ribuan tahun yang lalu.
Berbagai catatan sejarah menyatakan bahwa lipstik sudah lahir sejak 3.500 sebelum Masehi di tengah-tengah masyarakat Sumeria Kuno.
Bahkan, ada pula catatan sejarah yang mengatakan bahwa lipstik sudah ada sejak tahun 5.000 SM. Tepatnya di selatan Mesopotamia, di kalangan masyarakat kuno yang belum mengenal peradaban modern sama sekali.
Baca juga: Lipstik Patah Jangan Dibuang, Ikuti Tips Berikut Ini
Batu permata ini kemudian ditumbuk dan serbuknya digunakan untuk mewarnai bibir para wanita di masa itu.
Di kebudayaan Mesir Kuno, para wanita makin kreatif dengan mencari batu alam dengan warna yang berbeda-beda. Sehingga, bibir masing-masing wanita memiliki warna kesukaan masing-masing.
Ratu Cleopatra sendiri diceritakan memiliki bibir yang merah merona berkat pigmen warna dari bahan serangga tertentu yang dicampur dengan pasta dari bahan mineral alami.
Wanita zaman kuno mencari pigmen warna dari bahan-bahan yang ada di sekitar mereka. Mulai dari bebatuan alam, serangga yang mengeluarkan cairan berwarna, kulit ikan, bahan botani, hingga masih banyak lagi.
Baca juga: Sejarah Perhiasan, Perubahan Fungsi Pakai dari Masa ke Masa
Lipstik di bibir wanita tak hanya menjadi penyempurna penampilan. Di masa itu lipstik memiliki makna-makna tertentu, yang berubah-ubah dari zaman ke zaman.
Seperti jadi simbol status atau level kesejahteraan seseorang, simbol kesombongan seorang wanita, juga simbol moralitas seorang perempuan.
Di zaman Yunani Kuno, hanya wanita-wanita yang berprofesi sebagai pelacur yang mau menggunakan bibir dengan pasta bernuansa merah darah.
Wanita dari kalangan bangsawan menolak menggunakan pewarna dengan nuansa yang sama agar tak disejajarkan dengan wanita-wanita yang berbeda kasta dengan mereka.
Di zaman Romawi Kuno, lipstik juga pernah menjadi simbol kekuatan dan pembeda kasta sosial.
Di masa tersebut, lipstik digunakan baik oleh wanita maupun pria. Mereka yang berasal dari kalangan keluarga bangsawan akan keluar rumah dengan bibir yang merah dan ranum menggoda.
Baca juga: Sejarah Es Krim dan Perkembangan Variannya dari Tahun ke Tahun
Di masa kuno tersebut pigmen warna masih sangat alami, diambil dari cairan serangga, mineral, bunga, juga pigmen kayu-kayuan.
Di awal abad ke-19, para ilmuwan yang bergerak di bidang kecantikan mulai membuat lipstik dari bahan lilin, minyak alami, dan petroleum.
Lipstik pun makin kompleks. Tak hanya bertugas memerahkan bibir, tetapi juga bertugas melembutkan dan menyehatkan kulit bibir.
Selain itu, lipstik juga direkayasa menjadi produk kecantikan yang dilengkapi bahan-bahan pengawet yang membuat lipstik bisa tahan terhadap berbagai cuaca.
Selain perkembangan dari bahan-bahan dasar pembuatannya, kemasan lipstik pun mengalami perkembangan yang dinamis.
Jika dulu lipstik kuno diletakkan dalam mangkuk-mangkuk kecil, kini lipstik sudah tampil efektif dalam tabung kecil yang mudah diaplikasikan tanpa membuat jari jemari tangan berisiko terkena pigmen warna.
Baca juga: Sejarah Meditasi, Asal Mula dan Berbagai Manfaatnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.