Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelisik Jejak KH Musthafa, Pahlawan Nasional yang Identitasnya Sempat Hilang

Kompas.com - 22/08/2021, 08:48 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Foto pahlawan nasional asal Tasikmalaya, KH Zainal Musthafa, yang selama ini beredar, ternyata kurang merepresentasikan sosok santri pejuang yang gigih melawan kolonial Jepang.

Foto yang ada saat ini merupakan hasil rekonstruksi dari ingatan keluarga dan santri KH Zainal Musthafa.

Hal itu terungkap dalam acara bedah buku Ajengan Sukamanah yang digelar DPD KNPI Kabupaten Tasikmalaya secara online via zoom dan juga offline, Sabtu (21/8/2021) malam.

Acara itu dihadiri penulis buku Ajengan Sukamanah, Iip D Yahya dan narasumber lain Dr Basuki Rahmat dan jurnalis Duddy, serta dihadiri pula Wakil Bupati Tasikmalaya Cecep Nurul Yakin.

Iip menyebutkan bahwa buku yang ditulisnya itu selain biografi, juga sekaligus meluruskan sejumlah hal tentang KH Zainal Musthafa. Salah satunya adalah terkait foto asli pendiri Pondok Pesantren Sukamanah, Kabupaten Tasikmalaya, itu.

Baca juga: Kisah Pahlawan 12, Prajurit TRI yang Gugur Saat Cegat Konvoi Pasukan Belanda di Bangka Belitung

Kata Iip, setelah melakukan kajian dan penelitian serta wawancara saksi yang masih hidup, ia menemukan foto asli KH Zainal Musthafa.

Ada sejumlah foto pembanding yang menunjukkan sosok KH Zainal Musthafa. Kemudian keaslian foto itu diverifikasi secara ketat dengan melibatkan keluarga pahlawan dan sejumlah santri yang kini masih hidup.

"Foto ditemukan dan verifikasi ketat, ada pernyataan keluarga dan saksi, pihak Pesantren Sukamanah juga menerima," kata Iip.

Iip mengatakan, foto Ajengan Sukamanah didapat dari koleksi keluarga Pesantren Cilenga, dan sudah memberikan pernyataan tertulis soal keabsahan foto tersebut.

"Atas keterangan pihak keluarga Pesantren Cilenga ini, keluarga Pesantren Sukamanah menerimanya secara bulat," kata Iip melalui sambungan WhatsApp kepada Kompas.com.

Foto itulah yang menjadi jilid depan bukunya, Ajengan Sukamanah, yang berisi biografi lengkap KH Zainal Musthafa.

Dalam foto itu, KH Zainal Musthafa tampak mengenakan jas dan peci hitam. Sementara foto atau gambar KH Zainal Musthafa yang selama ini beredar mengenakan gamis dan bendo.

Menurut Iip, gambar KH Zainal Musthafa yang beredar selama ini merupakan hasil rekonstruksi dari ingatan pihak keluarga dan santri.

Gambar itu dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan administrasi pengusulan KH Zainal Musthafa sebagai pahlawan nasional pada tahun 1971.

"Karena untuk salah satu syarat pengusulan pahlawan. Saat itu foto asli KH Zainal Musthafa belum ditemukan. Maka dibuatlah rekonstruksi wajah beliau dari ingatan pihak keluarga dan santri. Gamis dan bendo itu adalah pakaian terakhir yang dikenakan KH Zainal Musthafa saat melakukan perlawanan," jelas Iip ketika diwawancarai seusai acara bedah buku.

Gambar KH Zainal Musthafa yang selama ini beredar.Tribunnwswiki.com Gambar KH Zainal Musthafa yang selama ini beredar.

Soal foto asli KH Zainal Musthafa yang kini menjadi jilid depan buku juga dibenarkan pihak keluarga KH Zainal Musthafa yang diwakili cucunya, KH Atam Rustam.

Atam yang juga pimpinan pondok Pesantren Sukamanah mengatakan, foto tersebut benar asli dan sudah disepakati oleh pihak keluarga dan santri.

"Atas nama keluarga besar Ponpes Sukamanah, foto KH Zainal Musthafa yang beredar di buku sejarah sudah diganti dengan foto yang ada di buku Kang Iip. Sudah ada MoU dari santri dan teman-teman KH Z Musthafa waktu di pesantren," ujar Atam saat memberikan sambutan dalam bedah buku tersebut.

Sisi kemanusiaan Sang Pahlawan

Iip mengatakan, banyak buku yang membahas tentang KH Zainal Musthafa. Namun sebagian besar hanya mengupas aspek peperangan dan perlawanan Sang Pahlawan. Sementara sisi lain dari kehidupannya belum banyak yang membahas.

Kata Iip, KH Zainal Musthafa memiliki sisi kemanusiaan yang jarang diketahui banyak orang. Misalnya, Ajengan Sukamanah ini dikenal sangat dekat dengan santrinya.

Ia kerap memanggil santri dengan panggilan Silaing (kamu) dan memanggil dirinya Dewek. Panggilan tersebut bukan dalam konteks kasar, melainkan bahasa gaul pada waktu itu.

Selanjutnya, KH Zainal Musthafa juga ternyata pecinta burung. Ia memberi nama sejumlah burungnya dan sering meminta santri untuk membantu mengurus hewan peliharaan tersebut.

"Nah, sisi-sisi kemanusiaan itu belum ada yang mengupas di buku-buku sebelumnya. Kebanyakan hanya fokus pada peperangannya," kata Iip.

Baca juga: 7 Artis Keturunan Pahlawan, Ada Dian Sastrowardoyo hingga Maia Estianty

KH Zainal Musthafa adalah pejuang Islam pertama yang mengadakan perlawanan terhadap militer Jepang.

Ia bersama sejumlah santrinya ditangkap dan dipenjara di Tasikmalaya dan kemudian dipindahkan ke Sukamiskin, Bandung.

Berdasarkan data dari Wikipedia, KH Zainal Musthafa dieksekusi pada 28 Oktober 1944. Namun Iip berdasarkan penelitiannya melakukan koreksi bahwa Ajengan Sukamanah itu sebenarnya dieksekusi pada 25 Oktober 1944. 

Pejuang yang memiliki nama kecil Hudaemi ini dinyatakan sebagai pahlawan nasional pada tahun 1971 dan namanya diabadikan menjadi nama jalan pusat bisnis di Kota Tasikmalaya, HZ Mustofa.

Perlawanan Ajengan Sukamanah, KH Zainal Musthafa, di Tasikmalaya pada tahun 1944, disebut sebagai pemberontakan sipil terbesar dalam sejarah militer Jepang di Jawa.

Hal itu memang diakui sendiri oleh Kenpeitai, polisi militer Jepang, yang berhadapan dengan KH Zainal Musthafa beserta ribuan pengikutnya yang terjadi pada Jumat, 18 Feburari 1944.

Pengakuan itu disampaikan Keinpetai melalu sebuah dokumen yang diterbitkan dalam buku The Keinpeitai in Java and Sumatra (2010), karya S Barbara Gifford Shimer dan Guy Hobbs.

Buku tersebut kemudian dikutip Iip D Yahya dalam buku biografi KH Zainal Musthafa berjudul Ajengan Sukamanah (2021).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com