KOMPAS.com - Selama pandemi Covid-19, banyak yang mencari donor (penyumbang) air susu ibu (ASI) karena ibu meninggal atau terinfeksi virus corona.
Namun, pencarian donor ASI pada masa pandemi ini tidak mudah.
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) sering mendapatkan permintaan untuk dicarikan donor ASI atau informasi terkait donor ASI.
Akan tetapi, sejak sebelum pandemi Covid-19, AIMI memang tidak menerima titipan atau memublikasikan penawaran dan permintaan donor ASI karena harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Baca juga: Ibu Menyusui yang Positif Covid-19 Tetap Aman Berikan ASI, Ini Panduannya
Apa yang harus diperhatikan soal donor ASI sehingga harus dilakukan dengan hati-hati dan melalui screening kesehatan?
Ketua Umum AIMI, Nia Umar S.Sos, MPH, IBCLC, menyarankan, jika ibu terinfeksi virus corona dengan gejala ringan agar tetap menyusui bayinya.
"Kalau ibunya positif dan tetap bisa menyusui, disarankan untuk menyusui dengan tetap menjalankan protokol kesehatan," kata Nia, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/7/2021).
Nia mengingatkan, saat menyusui, ibu harus tetap memakai masker. Pastikan juga sudah mencuci tangan dan membersihkan permukaan benda-benda dengan cairan disinfektan.
Sementara itu, ibu yang mengalami gejala sedang atau berat tetap bisa memberikan ASI dengan cara memerah.
ASI perah tersebut kemudian diberikan pada bayi melalui ruangan terpisah.
Informasi soal donor ASI juga disampaikan melalui akun Instagram AIMI, @aimi_asi.
View this post on Instagram
Jika ibu meninggal dunia akibat Covid-19, Nia menyarankan agar mencari donor ASI dari kerabat atau keluarga.
"Pada kondisi ibu meninggal, donor ASI itu kan jadi terus-terusan dan itu enggak mudah mencari orang," jelas Nia.
Ada faktor medis, sosial, budaya, dan agama yang memengaruhi pemberian donor ASI.
Kondisi medis yang dimaksud adalah: