Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Susu Beruang Melonjak, YLKI: Masyarakat Jangan Panic Buying

Kompas.com - 05/07/2021, 16:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak banyak diburu masyarakat karena diklaim tangkal Covid-19, susu beruang jadi sulit ditemukan di pasaran.

Padahal, produk susu kaleng itu biasanya mudah ditemukan di rak atau lemari pendingin swalayan atau minimarket. Harganya pun jadi melambung.

Hal ini diakui oleh banyak netizen yang mencurahkan pengalamannya melalui Twitter.

"susu beruang 1 pcs harga 15 ribu wkwk kacauu," tulis akun @_OktaRzy.

"nyokap gw nyari di bandung susah banget dan naek harganya..mana susu beruang 1-1nya susu yg mau diminum ma nyokap..sad klo beneran dijual lg dgn harga mahal Loudly crying faceLoudly crying faceLoudly crying face," tulis akun @my_kania.

Baca juga: Rebutan Susu Beruang, Panic Buying Corona, dan Kepanikan Warga

Harga melambung

Harga satu kaleng susu beruang berukuran 189 ml di salah satu platform digital,, ada yang menjual hingga harga Rp50.000.

Padahal, harga normal di kisaran Rp10.000/kaleng atau di bawahnya.

Ada juga yang menjual satu krat susu beruang (isi 30 kaleng 189 ml) dengan harga Rp756.000.

Jika dibagi dengan kuantitasnya, maka per kaleng susu ini dihargai lebih dari Rp25.000.

Tangkapan layar adanya penjual yang memasang harga tinggi untuk produk susu beruang di platform ShopeeShopee Tangkapan layar adanya penjual yang memasang harga tinggi untuk produk susu beruang di platform Shopee

Padahal, pihak Nestle sendiri menyebut, tidak menaikkan harga produk susu yang satu ini.

Namun, mereka juga mengaku tidak memiliki kapasitas untuk menentukan harga akhir di pasaran.

"Mengenai adanya kenaikan harga di e-commerce untuk produk-produk Bear Brand, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya peraturan persaingan usaha, kami tidak dapat menentukan harga jual akhir produk kami," kata Direktur Corporate Affairs Nestle Indonesia Debora R. Tjandrakusuma, dikutip dari Kompas.com (4/7/2021).

Fenomena semacam ini sebenarnya bukan kali ini saja terjadi di Indonesia. Di awal masa pandemi, masker medis dan handsanitizer juga mengalami hal serupa: langka dan mahal.

Kelangkaan dan harga melambung kemudian berlanjut pada empon-empon dan sejumlah jenis obat-obatan yang disebut bisa mencegah juga menyembuhkan Covid-19.

Baca juga: 4 Fakta Susu Beruang yang Ramai Diburu karena Dianggap Tangkal Covid

Masyarakat jangan panic buying

Anggota Bidang Pengaduan dan Hukum Yayasan Layanan Konsumen Indonesia (YLKI) Rio Priambodo menyebut masyarakat bisa berperan mencegah terjadinya kenaikan harga suatu produk dengan cara tidak melakukan panic buying.

"YLKI menghimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan panic buying, yang akan berefek pada langkanya barang di pasaran," kata Rio saat dihubungi Kompas.com, Senin (5/7/2021).

Sebagaimana hukum ekonomi menyebut, permintaan yang tinggi akan berpengaruh pada harga yang tinggi pula.

Selanjutnya, YLKI juga meminta Pemerintah merespons cepat fenomena yang terjadi di masyarakat ini dengan melakukan sejulah hal. Misalnya menetapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk produk bersangkutan.

Dengan begitu, harga tidak akan melonjak tajam.

Investigasi

Tak hanya itu, Rio juga meminta Pemerintah untuk melakukan investigasi terkait hal ini dan mencari tahu ada kah pihak-pihak yang bermain dan memanfaatkan kesempatan untuk mengambil untuk lebih banyak.

"Pemerintah melalui Kemendag maupun KPPU harus menginvestigasi lebih lanjut apakah ada oknum yang sengaja menaikkan harga penjualan susu beruang, jangan sampai fenomena masker terulang: memanfaatkan peluang permintaan masyarakat yang melambung tinggi sehingga banyak pelaku usaha yang menimbun barang," jelas dia.

Tak hanya menemukan, Pemerintah juga diminta untuk memberikan sanksi tegas pada pihak-pihak tersebut sehingga dapat timbul efek jera.

Terakhir, YLKI juga mendesak Pemerintah membuka akses pengaduan untuk masyarakat, agar ketika terjadi inflasi masyarakat memiliki wadah yang bisa menampung aduan mereka.

"Mungkin ada (tempat pengaduan), tapi sejauh ini saya belum mendengar akses pengaduan masyarakat kemana," pungkas Rio.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Nuklir Bisa untuk Obati Kanker Tiroid, Apa Itu, Bagaimana Prosesnya?

Nuklir Bisa untuk Obati Kanker Tiroid, Apa Itu, Bagaimana Prosesnya?

Tren
Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com