Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 Tak Terkendali, Epidemiolog Singgung Opsi PSBB Jawa

Kompas.com - 18/06/2021, 16:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 belum berakhir. Kasus Covid-19 dilaporkan terus meningkat.

Beragam upaya pun telah dilakukan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus corona.

Pengujian, pelacakan, penambahan kapasitas rawat, vaksinasi, pembatasan kegiatan, dan bantuan sosial diberikan.

Sementara di waktu sama, pemerintah memberi ruang masyarakat untuk bergerak dan menjalankan aktivitas perekonomian.

Kebijakan ini banyak dipandang sebagai langkah yang tanggung dan tidak akan berjalan efektif.

Seiring lonjakan kasus Covid-19 ini, epidemiolog menilai akan ada langkah PSBB setidaknya di Pulau Jawa.

Baca juga: Kenapa Kita Tetap Perlu Berlibur meski Pandemi Belum Berakhir?

PSBB setidaknya di Jawa

Melihat situasi pandemi yang ada di Tanah Air saat ini, Pakar epidemiologi dari Griffith University Dicky Budiman memperkirakan, Indonesia akan mengambil langkah PSBB setidaknya di Pulau Jawa akibat penularan yang semakin tak terkendali.

"Pada akhirnya, prediksi saya mau tidak mau akan ada putusan untuk mengambil tindakan PSBB setidaknya Jawa dengan kombinasi vaksinasi dan 3T (testing, tracing, dan treatment). Itu besar kemungkinan akan terjadi, sehingga perlu disiapkan," ujar Dicky, Selasa (15/6/2021).

Dicky mengatakan, pembatasan atau pengetatan yang setengah-setengah tidak efektif dan memperlama permasalahan.

"Itu yang sudah terbukti di 2020. Respons kita yang tidak fokus pada kesehatan ini, terpecah-pecah, akhirnya permasalahan yang diepecahkan juga jadi tidak sesuai dengan yang diharapkan," kata Dicky.

"Kalau ini (Indonesia) kan setengah-setengah, ya enggak akan pernah selesai. Enggak ada dalam sejarah pandemi yang bisa menjadi rujukan pendekatan seperti itu, enggak ada success story-nya, enggak ada rujukan ilmiah dan argumentasinya," kata dia.

Penanganan yang semacam ini, menaruh fokus yang sama besar antara aspek kesehatan dan ekonomi masih terjadi hingga saat ini.

Tempat pariwisata dibuka, pasar dan mall ramai disesaki masyarakat, namun di sisi lain vaksinasi juga tetap berjalan, begitu juga dengan pemberian bantuan sosial.

Dicky menyebut kondisi sekarang sudah begitu sulit, di tengah kasus infeksi yang sedang memuncak ditambah masuknya varian Delta yang disebut memiliki kemampuan menyebar dan infeksi yang lebih tinggi.

"Saat ini kita sudah semakin kepepet. Jika strategi itu lambat dilakukan, tidak cepat, tidak tepat sejak awal, ya ibaratnya PR-nya numpuk. Kalau PR-nya numpuk, ketika ujian enggak lulus," ujar Dicky.

Baca juga: Aturan PPKM Mikro yang Berlaku 15-28 Juni 2021 di Seluruh Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com