KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 belum berakhir. Kasus Covid-19 dilaporkan terus meningkat.
Beragam upaya pun telah dilakukan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus corona.
Pengujian, pelacakan, penambahan kapasitas rawat, vaksinasi, pembatasan kegiatan, dan bantuan sosial diberikan.
Sementara di waktu sama, pemerintah memberi ruang masyarakat untuk bergerak dan menjalankan aktivitas perekonomian.
Kebijakan ini banyak dipandang sebagai langkah yang tanggung dan tidak akan berjalan efektif.
Seiring lonjakan kasus Covid-19 ini, epidemiolog menilai akan ada langkah PSBB setidaknya di Pulau Jawa.
Baca juga: Kenapa Kita Tetap Perlu Berlibur meski Pandemi Belum Berakhir?
Melihat situasi pandemi yang ada di Tanah Air saat ini, Pakar epidemiologi dari Griffith University Dicky Budiman memperkirakan, Indonesia akan mengambil langkah PSBB setidaknya di Pulau Jawa akibat penularan yang semakin tak terkendali.
"Pada akhirnya, prediksi saya mau tidak mau akan ada putusan untuk mengambil tindakan PSBB setidaknya Jawa dengan kombinasi vaksinasi dan 3T (testing, tracing, dan treatment). Itu besar kemungkinan akan terjadi, sehingga perlu disiapkan," ujar Dicky, Selasa (15/6/2021).
Dicky mengatakan, pembatasan atau pengetatan yang setengah-setengah tidak efektif dan memperlama permasalahan.
"Itu yang sudah terbukti di 2020. Respons kita yang tidak fokus pada kesehatan ini, terpecah-pecah, akhirnya permasalahan yang diepecahkan juga jadi tidak sesuai dengan yang diharapkan," kata Dicky.
"Kalau ini (Indonesia) kan setengah-setengah, ya enggak akan pernah selesai. Enggak ada dalam sejarah pandemi yang bisa menjadi rujukan pendekatan seperti itu, enggak ada success story-nya, enggak ada rujukan ilmiah dan argumentasinya," kata dia.
Penanganan yang semacam ini, menaruh fokus yang sama besar antara aspek kesehatan dan ekonomi masih terjadi hingga saat ini.
Tempat pariwisata dibuka, pasar dan mall ramai disesaki masyarakat, namun di sisi lain vaksinasi juga tetap berjalan, begitu juga dengan pemberian bantuan sosial.
Dicky menyebut kondisi sekarang sudah begitu sulit, di tengah kasus infeksi yang sedang memuncak ditambah masuknya varian Delta yang disebut memiliki kemampuan menyebar dan infeksi yang lebih tinggi.
"Saat ini kita sudah semakin kepepet. Jika strategi itu lambat dilakukan, tidak cepat, tidak tepat sejak awal, ya ibaratnya PR-nya numpuk. Kalau PR-nya numpuk, ketika ujian enggak lulus," ujar Dicky.
Baca juga: Aturan PPKM Mikro yang Berlaku 15-28 Juni 2021 di Seluruh Indonesia