Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yerry Niko Borang
Aktivis Keamanan Digital

Pemerhati keamanan digital yang tinggal di Yogyakarta. Selama beberapa tahun terakhir bersama organisasi EngageMedia.org ia aktif menyebarluaskan kesadaran dan sejumlah panduan utama soal keamanan digital. Bersama berbagai organisasi dan jaringan juga turut membangun kelompok respons cepat bagi kasus-kasus peretasan dan penerobosan keamanan digital.

Apa Dampak Penyerahan Data Whatsapp ke Facebook?

Kompas.com - 15/06/2021, 16:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEJAK 15 Mei 2021, WhatsApp mulai menerapkan langkah untuk mewajibkan pengguna merelakan data pribadi mereka diserahkan ke Facebook.

Hal berbagi data ke Facebook bakal menimbulkan tantangan baru proteksi data pribadi bagi warga Indonesia.

Sejumlah bahaya akan mengintai pengguna setelah langkah Whatsapp ini beroperasi penuh, saat nomor telepon, nama dan foto profil, siapa saja yang berhubungan dengan pengguna dan transaksi finansial apa saja yang pengguna lakukan di aplikasi tersebut disinkronisasi dengan Facebook.

Di antaranya, makin tingginya presisi dan keakuratan Facebook dalam membentuk profil tiap-tiap pengguna, individu tertentu.

Hal lain adalah Facebook menjadi makin pintar dan memiliki informasi kaya yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan marketing dan bisnis. Tentunya ini akan menambah nilai bisnis dan pundi-pundi keuangan Facebook.

Whatsapp sendiri sebagai pengembang platform chat belum mampu menepis peretasan dan membuat platformnya aman.

Dari kasus Ravio Patra, hingga peretasan aktivis ICW dan KPK akhir-akhir ini, kita belajar pembobolan data dan intimidasi terus terjadi lewat aplikasi ini.

Peretasan WhatsApp menjadi salah satu alat utama untuk membungkam suara kritis masyarakat terhadap kinerja pemerintah saat ini.

Di bawah gurita Facebook

Facebook, yang menguasai WhatsApp sejak 2014, telah berevolusi menjadi jaringan sosial media terbesar dengan 2 miliar pengguna aktif tiap bulannya di seluruh dunia.

Pada 2020, ada 140 juta orang Indonesia yang menjadi pengguna Facebook. Menurut Warta Ekonomi, valuasi Facebook mendekati 1 triliun dolar AS per 2020.

Setiap detik ratusan ribu foto, jutaan komentar, dan status diunggah ke Facebook. Sepintas data-data ini tidaklah begitu berarti.

Namun melalui data yang terus masuk ini, Facebook dan program-program di belakangnya makin mengetahui siapa teman kita, apa yang kita sukai (like), teman yang kita ikuti (follow), ke mana saja kita, apa yang sedang kita lakukan, apa saja yang tidak kita sukai, perkembangan raut muka kita dengan berjalannya waktu dan lain sebagainya.

Facebook suatu hari lebih tahu apa kebutuhan Anda ketimbang orang terdekat Anda. Apalagi kini data juga akan semakin lengkap dengan masuknya data pengguna Whatsapp.

Facebook tidak hanya mengumpulkan data. Mereka juga menyimpannya, melakukan analisis, mengolah, dan yang tidak kalah penting (melalui platformnya) mempengaruhi perilaku manusia.

Dengan mengolah semua informasi yang dikenal sebagai big data itu memudahkan Facebook menentukan ciri-ciri personal masing-masing orang atau pengguna yang sering disebut profiling atau pencirian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com