Mengutip NPR, (20/5/2021), peneliti kemudian mengirim sampel pasien ke seorang ahli virus corona hewan di Ohio State University, Anastasia Vlasova.
Anastasia awalnya meragukan temuan itu adalah virus corona, karena belum pernah dilaporkan virus itu ditularkan ke manusia.
"Virus corona pada anjing tidak diperkirakan ditularkan ke manusia. Belum pernah dilaporkan sebelumnya," ujarnya.
Namun dengan banyaknya sampel virus, Vlasova dapat memecahkan kode genomnya.
Dari sekuens gen virus, dia dapat melihat bahwa virus tersebut kemungkinan telah menginfeksi kucing dan babi pada satu titik. Tapi kemungkinan besar melompat langsung dari anjing ke manusia.
"Mayoritas genomnya adalah canine coronavirus. Kami menemukan mutasi yang sangat, sangat unik (atau penghapusan) dalam genom," katanya.
Dia mengatakan mutasi yang ditemukan itu sangat mirip dengan yang sebelumnya ditemukan pada virus corona SARS dan di (versi) SARS-CoV-2.
Baca juga: Vaksin AstraZeneca Disarankan Tidak untuk Orang di Bawah 30 Tahun, Ini Alasannya
Penghapusan genom itu diyakininya membantu virus anjing menginfeksi atau bertahan di dalam tubuh manusia dan itu mungkin langkah kunci yang diperlukan untuk virus corona untuk menyebar ke manusia.
”Rupanya penghapusan tersebut, entah bagaimana, terkait dengan adaptasi (virus) selama lompatan dari hewan ke manusia,” katanya.
Para peneliti itu juga menemukan, virus CCoV-HuPn-2018 yang menginfeksi manusia ini memiliki gejala yang berbeda dengan virus anjing asalnya, yang menyebabkan masalah pencernaan pada anjing, seperti diare dan sakit perut.
Seseorang yang terinfeksi virus CCoV-HuPn-2018 mengalami penyakit pernapasan yang tidak termasuk masalah gastrointestinal.
Baca juga: Sejarah dan Alasan Tidak Ada Ayah dalam Gambar Kaleng Khong Guan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.