Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Puluhan Ribu Mahasiswa "Menduduki" Gedung DPR/MPR

Kompas.com - 19/05/2021, 09:05 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 23 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 19 Mei 1998, puluhan ribu mahasiswa "menduduki" gedung DPR/ MPR.

Mereka tak hanya memadati pelataran DPR, tapi juga menaiki kubah gedung, memenuhi taman-taman, lorong-lorong maupun ruangan lobi.

Hal itu merupakan demonstrasi terbesar yang pernah dilakukan mahasiswa selama 30 tahun terakhir di Gedung DPR/MPR.

Baca juga: Seni Perlawanan Anak Muda di Balik Poster Lucu Pendemo

Para mahasiswa melakukan aksi demo di DPR/MPR sejak Senin, 18 Mei 1998. Tapi pada Selasa, 19 Mei situasi keamanan lebih longgar. Bahkan ojek pun bisa mengantar mahasiswa sampai ke dalam kompleks DPR.

Diberitakan Harian Kompas, Rabu, 20 Mei 1998, mahasiswa secara bergelombang mulai memasuki DPR sejak pagi hari.

Mereka datang dengan bus-bus carteran maupun bus resmi universitas masing-masing.

Baca juga: Mengingat Kerusuhan Mei 1998, Bagaimana Kronologinya?

Menuntut Soeharto lengser

Mahasiswa se-Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi mendatangi Gedung MPR/DPR, Mei 1998, menuntut reformasi dan pengunduran diri Presiden Soeharto. Sebagian mahasiswa melakukan aksi duduk di atap Gedung MPR/DPR.KOMPAS/EDDY HASBY Mahasiswa se-Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi mendatangi Gedung MPR/DPR, Mei 1998, menuntut reformasi dan pengunduran diri Presiden Soeharto. Sebagian mahasiswa melakukan aksi duduk di atap Gedung MPR/DPR.

 

Karena penjagaan longgar, maka sebagian dari mereka secara leluasa langsung berupaya mendaki puncak kubah gedung DPR.

Di sana mereka memasang spanduk panjang yang meminta agar Presiden Soeharto segera mundur dari jabatannya.

Dalam aksi itu, lebih dari 100 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran UI, beserta 30 dokter spesialis, turut berjaga-jaga di sekitar lokasi.

Baca juga: UMKT Buka Penerimaan Mahasiswa Baru Jalur Influencer, Ini Infonya!

Mereka tersebar di seluruh penjuru halaman gedung DPR/MPR dengan membawa 15 mobil ambulans 118.

Kelompok medis yang bersiaga untuk memberikan pertolongan pertama jika terjadi sesuatu dalam aksi mahasiswa itu dikepalai dr Aryono Juned Pusponegoro.

Di samping mahasiswa, sejumlah tokoh tampak hadir berbaur dengan kerumunan massa, seperti pakar hukum tata negara dan anggota Komnas HAM Prof Dr Sri Soemantri, tokoh "Malari" dr Hariman Siregar, Sukmawati Sukarnoputri, Guruh Sukarnoputra, tokoh HAM HJ Princen, Ketua Komite Nasional Indonesia Untuk Reformasi Ny Supeni, Ali Sadikin, Karlina Leksono, mantan Ketua DPR/MPR Kharis Suhud yang dipapah mantan Sesdalopbang Solihin GP.

Mereka sempat melakukan dialog dan diskusi dengan para mahasiswa yang berunjuk rasa.

Baca juga: Profil Presiden Kelima RI: Megawati Soekarnoputri

Sempat tegang

Mahasiswa membawa keranda jenazah Soeharto saat menduduki Gedung MPR/DPR menuntut Soeharto
mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, 21 Mei 1998.MAJALAH D&R/RULLY KESUMA Mahasiswa membawa keranda jenazah Soeharto saat menduduki Gedung MPR/DPR menuntut Soeharto mundur sebagai Presiden RI, Jakarta, 21 Mei 1998.

Aksi damai puluhan ribu mahasiswa tersebut sempat tegang ketika sekitar pukul 10.30 WIB datang sekitar 300 orang dari organisasi Pemuda Pancasila, Forum Putra-Putri Purnawirawan dan ABRI (FKPPI), Panca Marga, Ikatan Pencak Silat Indonesia, ulama Madura, dan Pendekar Banten.

Pemuda Pancasila, FKPPI serta Panca Marga menggunakan seragam loreng.

Mereka dipimpin Ketua Pemuda Pancasila Yapto Suryosumarno dan Yorrys Raweyai yang juga anggota MPR.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Soeharto Ditunjuk sebagai Presiden RI

Mereka tampil berbeda dengan delegasi mahasiswa, karena spanduk yang mereka bawa berisi dukungannya terhadap Presiden Soeharto serta menolak Sidang Istimewa MPR.

Saat diterima F-KP DPR, Yorrys dan Yapto juga menyampaikan dukungannya terhadap pernyataan Panglima ABRI, termasuk rencana pembentukan Dewan Reformasi.

Suasana sempat agak tegang karena kubu mahasiswa dan organisasi pemuda ini saling mendekat, sehingga tersisa jarak hanya beberapa meter.

Baca juga: Viral Ormas Kokam Disebut Berseragam Mirip Kopassus dan Bawa Senjata

Melihat situasi ini, sebuah mobil komando yang dikendarai Komandan Kodim Jakarta Pusat Letkol Inf S Widodo melaju, dan kemudian berhenti membelah kedua kelompok tersebut.

Pada saat genting itu datang pula Letkol Inf Bambang GB, yang menjadi komandan lapangan di Gedung MPR/DPR, mencoba meredakan situasi.

Mantan anggota DPR, Sabam Sirait, yang berada di situ juga mencoba mengintervensi. Dia mendatangi Yapto dan Yorrys dari Pemuda Pancasila dan sambil menepuk-nepuk Yorrys, dia menanyakan apakah mereka pro-reformasi.

Yorrys menjawab bahwa mereka juga pro-reformasi. Mendengar jawaban itu, Sirait mengimbau mereka meninggalkan gedung MPR/DPR.

Baca juga: Resmi Jadi Ketua MPR RI, Ini 4 Fakta soal Bambang Soesatyo

Desakan sidang istimewa

Sebelumnya, para mahasiswa dan pemuda mencoba mengadakan negosiasi, yang akhirnya tercapai kesepakatan bahwa kedua pihak akan berdemo secara tertib dan tidak saling menyerang. Sekitar pukul 12.00 WIB para pemuda meninggalkan gedung MPR/DPR.

Berbagai organisasi kemasyarakatan, pemuda, keagamaan, dan mahasiswa yang berada di gedung maupun di luar gedung DPR/MPR sepakat, agar ABRI bertindak dan berpihak kepada rakyat.

Mereka juga tetap mendesak MPR untuk segera mengadakan sidang istimewa agar krisis ekonomi dan politik segera teratasi, dan kepercayaan masyarakat kembali pulih.

Selain itu, juga meminta agar tindakan represif terhadap pers, khususnya kepada televisi dan radio swasta dihentikan.

Baca juga: Video Viral Disebutkan TNI Turunkan Tank Baja untuk Penyekatan Mudik, Ini Penjelasan TNI

Demikian antara lain benang merah pernyataan dari berbagai organisasi nonkampus, seperti PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), PWNU Jawa Barat, Peneliti LIPI, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), PP Syarikat Islam (SI), PMKRI Cabang Samarinda, PB Pemuda Muslimin Indonesia (PMI), Staf Pengajar Universitas Krisnadwipayana, Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI), Pijar Indonesia, Federasi Pilot Indonesia (FPI), Forum Mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia (Forum Wacana), Universitas Andalas, Alumni Forum Komunikasi Mahasiswa, alumni dan dosen STIE/STIMIK Perbanas, Senat Universitas Kristen Indonesia (UKI), Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Kristen Indonesia (BK-PTKI), Wartawan Indonesia, Solidaritas Profesional Untuk Reformasi (SPUR), dan Satgas Keluarga Mahasiswa ITB.

Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) juga menyerukan agar MPR mengadakan Sidang Istimewa sesegera mungkin dengan melihat keadaan yang makin memburuk belakangan ini.

"MPR harus segera mengadakan pemilihan umum sesegera mungkin untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang baru," bunyi pernyataan itu.

Baca juga: Demo UU Cipta Kerja, Tindakan Kekerasan, dan Desakan Reformasi Kepolisian...

Semangat perjuangan mahasiswa Indonesia

Mahasiswa menyampaikan orasi di Depan Gedung DPR/MPR, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Mahasiswa menyampaikan orasi di Depan Gedung DPR/MPR, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019).

Forum Wacana UI mengingatkan akan adanya upaya-upaya untuk menggembosi dan merancukan semangat Tan Hana Dharma Mrangwa (Tiada Pengabdian Yang Mendua) yang menjiwai perjuangan mahasiswa Indonesia.

Adanya upaya-upaya untuk mengubah arah gerakan reformasi total dari misi mulia menjamin demokratisasi, berubah menjadi gerakan reformasi yang sempit.

Sedangkan kalangan SPUR yang mengadakan demo di pelataran gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) menuntut reformasi total, terutama agar MPR segera mengadakan Sidang Umum Istimewa.

Sedangkan FPI minta kepada pemerintah dan MPR/DPR dapat segera memulihkan stabilitas politik dan mengembalikan keadaan ekonomi, sosial dan budaya sesuai tuntutan zaman atau reformasi modernisasi.

Baca juga: Menyoal FPI yang Tak Terdaftar di Kemendagri, Bagaimana Prosedur Pendaftaran Ormas?

Delegasi peneliti LIPI yang dipimpin Kepala Puslitbang LIPI Mochtar Pabottinggi mewakili 109 peneliti LIPI diterima F-PP DPR.

Para peneliti LIPI menuntut pertanggungjawaban Presiden atas segala penyimpangan Orde Baru yang merusakkan sendi-sendi kehidupan politik, ekonomi, hukum dan kemasyarakatan yang membawa bangsa pada situasi seburuk sekarang ini.

Baca juga: Soal Aksi Mahasiswa, Pengamat: Presiden Memihak Siapa?

Sampai Rabu (20/5/1998) dini hari, ribuan mahasiswa masih tetap bertahan di situ. Suasana malam hari mirip pasar malam, karena seluruh mahasiswa secara bersemangat tetap melakukan aksinya lewat orasi, pembacaan puisi dan sebagainya.

Di arena ini pun dibangun stan konsumsi yang merupakan sumbangan berbagai pihak yang bersimpati terhadap perjuangan mahasiswa.

Sejumlah pengusaha yang tergabung dalam Fosko 66, antara lain menyumbang ribuan nasi bungkus dan satu mobil boks minuman air mineral.

Baca juga: Ditangkap Polisi karena Galang Dana untuk Aksi Mahasiswa, Siapakah Ananda Badudu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com