KOMPAS.com - Rendang, makanan khas Mingangkabau ini, masuk dalam kategori 50 makanan terbaik di dunia pada April 2021.
Melansir CNN, 14 April 2021, rendang berada di urutan ke-11 dari 50 makanan terbaik di dunia.
Makanan dari olahan daging dan berbagai rempah ini tak hanya ada di Sumatera Barat, tetapi juga jadi menu andalan di tersedia di berbagai wilayah di Indonesia.
Rendang juga kerap dijadikan makanan pilihan keluarga perayaan tertentu, seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
Baca juga: INFOGRAFIK: Resep dan Cara Membuat Rendang
Bagaimana anjuran ahli gizi soal konsumsi rendang?
Batas konsumsi rendang bisa diukur dengan anjuran konsumsi daging sapi harian.
Ahli gizi yang juga dosen departemen kesehatan gizi Universitas Gajah Mada, Dr. Toto Sudargo, SKM., M.Kes, mengatakan, sebaiknya rendang dikonsumsi sesuai anjuran konsumsi harian.
"Sebaiknya tetap dikonsumsi sesuai anjuran konsumsi daging merah dan jangan berlebihan," ujar Toto, saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/5/2021).
Anjuran konsumsi daging sapi harian yang disarankannya yaitu 50-100 gram per hari atau sekitar 500 gram minggu.
Dari jumlah di atas, daging sapi memiliki kandungan zat gizi meliputi:
Konsumsi daging harian dianggap berlebih atau tinggi jika konsumsinya lebih dari 90 gram per hari.
"Asupan daging merah sebaiknya dibatasi karena asupan daging merah yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko kanker usus," jelas Toto.
Baca juga: Viral Jadi Rebutan Emak-emak, Berikut Cerita Rendang hingga Jadi Masakan Populer
Daging memang menjadi salah satu menu dalam 4 sehat 5 sempurna. Akan tetapi, konsumsi daging berlebihan justru akan menimbulkan berbagai penyakit.
"Beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi daging merah berlebihan dapat memicu adenokarsinoma pada kolon atau usus besar," terang Toto.
Oleh karena itu, Toto menganjurkan agar konsumsi daging dibatasi dengan tetap memperhatikan total asupan per minggu.
Ia menyebutkan, ada salah satu zat dalam daging merah yang diduga bersifat karsinogenik dalam daging merah.
Ketika bahan kimia yang disebut haem dipecah di usus, zat kimia N-nitroso akan terbentuk. Ini dapat merusak sel-sel yang melapisi usus, yang dapat menyebabkan kanker usus.
"Masyarakat yang pola konsumsinya daging ada kemungkinan menderita kanker lebih tinggi dibanding masyarakat yang konsumsi dagingnya lebih rendah," ujar Toto.
Sama dengan daging merah, rendang juga memiliki batasan konsumsi. Mengingat proses memasak rendang yang membutuhkan waktu berjam-jam, maka berpengaruh pada kandungan gizinya.
"Sebuah studi menunjukkan zat-zat gizi dalam rendang berubah karena proses pemasakan yang lama. Yaitu proteinnya dan asam amino-nya berkurang dibandingkan dengan daging segar," jelas Toto.
Toto juga mengatakan, rendang memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi.
Akan lebih baik jika sumber protein bervariasi setiap harinya. Jangan hanya makan rendang atau daging terus menerus.
"Lebih mengutamakan variasi sumber protein," kata Toto.
Makan rendang sesekali dalam jumlah cukup tidak apa-apa. Asalkan, diimbangi dengan mengonsumsi sayur atau lalapan.
"Bila tidak ada pilihan, maka perlu ada pendampingnya, yaitu sayur atau lalapan yg telah dimasak," kata Toto.