JIKA berbicara tentang sosok pahlawan perempuan dari Jepara, kita pasti akan langsung mengacu kepada R.A. Kartini, tokoh perempuan Jawa yang berjuang untuk emansipasi dan kesetaraan perempuan di masa kolonial Belanda.
Namun, beberapa abad sebelumnya terdapat seorang pejuang perempuan tangguh dan cerdas bernama Ratu Kalinyamat yang berhasil membawa Jepara mencapai kejayaan di abad ke 16.
Bagi Jepara, nama besar Ratu Kalinyamat telah melekat dalam memori kolektif masyarakat dan telah menjadi legenda dalam khasanah historiografi Jawa.
Dalam beberapa sumber historis, Ratu Kalinyamat memiliki berbagai julukan, misalnya dalam dokumen sejarah Portugis berjudul De?cadas da Asia yang ditulis oleh Diogo do Couto, Ratu Kalinyamat diberikan gelar Senhora Rainha de Japora poderosa e rica yang berarti ratu penguasa yang kaya raya dari Jepara.
Sementara, dalam sumber sejarah lokal berjudul Hikayat Hasanudin, ia diberi julukan sebagai Ratu Pajajaran meskipun gelar tersebut tidak serta merta ia pernah memerintah Pajajaran.
Terlahir dengan nama Retna Kencana, Ratu Kalinyamat merupakan keturunan Brawijaya V, raja terakhir Majapahit dari Raden Patah (Raja Demak pertama). Ayahnya, Sultan Trenggana, adalah anak dari Raden Patah yang juga Sultan Demak III (1505-1521) (M.C. Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern).
Ratu Kalinyamat menikah dengan Sultan Hadirin, putera Sultan Ibrahim dari Aceh yang saat itu menjabat sebagai Bupati Kalinyamat. Akibat kemelut politik dan perebutan kekuasaan di Demak, suami Ratu Kalinyamat dibunuh oleh Adipati Jipang Panolan, Arya Penangsang yang memberontak terhadap Kerajaan Demak.
Setelah kepergian suaminya dan Arya Penangsang dibunuh pada tahun 1549 oleh Danang Sutawijaya (anak angkat dari Pangeran Hadiwijaya), Ratu Kalinyamat kemudian dinobatkan menjadi penguasa Jepara menggantikan suaminya.
Ratu Kalinyamat dinobatkan menduduki puncak tahta pada 10 April 1549, bertepatan dengan candra sengkala Trus (Karya Titaning Bumi). Selama masa pemerintahannya (1549-1579), Ratu Kalinyamat berhasil membawa Jepara ke puncak kejayaan di abad ke 16.
Kebesaran nama Ratu Kalinyamat dalam catatan sejarah nusantara tidak dapat dilepaskan dari perannya dalam menjadikan Bandar Jepara menjadi poros maritim Nusantara terbesar di Asia Tenggara.
Dalam mengembangkan Jepara sebagai pusat perniagaan yang maju pesat, Ratu Kalinyamat menyusun berbagai strategi di berbagai sektor (ekonomi, sosial, politik, dan pertahanan) dan menjalin hubungan diplomatis dengan berbagai kerajaan di nusantara.
Letak wilayah Jepara yang strategis sebagai jalur perdagangan dari Timur Indonesia ke Barat Jawa hingga ke Madagaskar membuat Ratu Kalinyamat tergerak untuk menggali potensi kekayaan alam Jepara seperti beras, rempah-rempah, serta seni ukir untuk dijual ke berbagai wilayah nusantara dan Asia Tenggara.
Selain itu, dengan memanfaatkan kayu jati sebagai komoditi unggulan, Ratu Kalinyamat juga mengembangkan industri galangan kapal di Bandar Jepara, keberhasilannya dituliskan dalam buku Literature of Java karangan Dr Th Pigeaud yang mengatakan bahwa industri galangan kapal Jepara merupakan yang terbaik dan terbesar di kawasan Asia Tenggara dan produknya pun sangat diminati oleh bangsa-bangsa Eropa.
Pemikirian Ratu Kalinyamat berikutnya adalah strategi pertahanannya yang dibangun melalui armada militer kelautan, saat itu ia secara visioner sudah berpikir bahwa ekonomi yang tinggi dan berkembang pesat harus diimbangi dengan sistem keamanan yang kuat.
Oleh karena itu, untuk melindungi Jepara dan aktivitas perdagangan berskala global ini, Ratu Kalinyamat membangun sistem pertahanan dengan membangun armada kelautan yang kuat untuk mengamankan Bandar Jepara dari kemungkinan serangan bangsa Portugis.