Kondisi yang sama juga terjadi pada netizen dari negara mana pun, tidak hanya Indonesia.
Hal itu mengakibatkan adanya kecenderungan untuk berlaku lebih berani dalam artian keji, kasar, dan sebagainya.
"Tapi memang orang Indonesia termasuk negara yang intensitas penggunaan media sosialnya tinggi ya kalau dibandingkan dengan negara-negara lain (sehingga sifat yang demikian lebih menonjol dan seolah-olah lebih identik dengan netizen Indonesia)," pungkas Enda.
Baca juga: Libur Panjang, Perlukah Sejenak Melupakan Media Sosial?
Diberitakan Kompas.com (14/4/2021), psikolong asal Solo, Hening Widyastuti mengatakan munculnya hujatan terhadap pasangan pengantin gay Thailand tersebut dimungkinkan faktor etik budaya Asia, khususnya Indonesia yang pada dasarnya belum bisa diterima masyarakat.
Ada banyak faktor yang menurut Hening membuat para netizen berkomentar negatif terhadap sesuatu.
Dari kondisi sebagian masyarakat yang sudah lelah dan stres dengan situasi saat ini, faktor keluarga yang tidak harmonis, pengguna sosial media anak muda yang belum matang, hingga faktor lainnya.
Hening menambahkan bahwa kecerdasan emosional dalam kaitannya kontrol diri juga memengaruhi perilaku netizen.
Baca juga: Saat Jepang Miliki Menteri Kesepian untuk Cegah Depresi dan Bunuh Diri...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.