KOMPAS.com - Penyebaran virus corona secara global, masih terus bertambah dari hari ke harinya.
Melansir data dari laman Worldometers, hingga Minggu (11/4/2021) pagi, total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 135.949.514 kasus.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 109.357.714 (109 juta) pasien telah sembuh, dan 2.938.810 orang meninggal dunia.
Kasus aktif hingga saat ini tercatat sebanyak 23.652.990 dengan rincian 23.550.390 pasien dengan kondisi ringan dan 102.600 dalam kondisi serius.
Baca juga: Alami Rasa Sakit Pasca-vaksinasi Covid-19? Berikut Cara Lapor ke Website keamananvaksin.kemkes.go.id
Berikut 10 negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak:
Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?
Kasus virus corona di Indonesia tercatat juga mengalami peningkatan, baik dari jumlah kasus, sembuh, maupun yang meninggal dunia.
Hingga Sabtu (10/4/2021) pukul 12.00 WIB, kasus positif Covid-19 bertambah sebanyak 4.723. Sehingga jumlahnya saat ini menjadi 1.562.868 orang.
Sedangkan untuk kasus sembuh, juga ada penambahan sebanyak 3.629 orang.
Baca juga: Zona Merah Indonesia Naik Lagi Jadi 10 Daerah, Mana Saja?
Penambahan itu sekaligus menjadikan total pasien yang telah sembuh menjadi 1.409.288 orang.
Namun, pasien yang meninggal dunia karena infeksi Covid-19 ini juga ikut bertambah sebanyak 95 orang.
Maka, jumlah pasien yang meninggal dunia kini jumlahnya menjadi 42.443 orang.
Baca juga: Ada 5.504 Kasus Baru, Berikut Daftar Zona Merah dan Hijau di Indonesia
Peru
Peru melaporkan rekor kematian tertinggi akibat infeksi Covid-19 pada Sabtu (10/4/2021), satu hari menjelang pemilihan presiden dan kongres.
Dilansir dari Reuters, kementerian kesehatan mengatakan, terdapat 384 kematian, menjadikan total korban meninggal menjadi 54.669 orang.
Adanya penambahan jumlah korban meninggal tersebut ketika petugas kesehatan berjuang melawan kekurangan oksigen dan pemerintah berjuang untuk mengamankan pasokan vaksinasi yang cukup.
Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia
Pada Minggu (11/4/2021), jutaan warga Peru diperkirakan akan keluar untuk memberikan suara memilih presiden dan perwakilan kongres berikutnya.
Pemungutan suara ini adalah kewajiban bagi warga Peru, jika tidak memilih, maka terancam denda hingga 25 dollar.
Selengkapnya, baca di sini.
Baca juga: Tersisa 5 Daerah Zona Merah Covid-19 di Indonesia, Mana Saja?
Masih dari sumber yang sama, negara di Amerika Selatan lainnya, Brasil, juga mencatatkan penambahan pasien meninggal dunia yang tidak sedikit pada Sabtu (10/4/2021).
Menurut data dari kementerian kesehatan, terdapat penambahan 2.616 kematian akibat infeksi Covid-19 di negara ini.
Brasil, yang telah menjadi episentrum terbaru pandemi virus corona, dengan jumlah kematian lebih dari 350.000, tertinggi kedua setelah Amerika Serikat.
Baca juga: Saat Inggris Batasi Penggunaan Vaksin AstraZeneca Hanya untuk Usia 30 Tahun ke Atas
Tak hanya kasus kematian, juga dilaporkan adanya penambahan 71.832 kasus baru pada Sabtu.
Sehingga, total kasus Covid-19 di negeri yang dikenal akan sepak bolanya itu menjadi 13,45 juta.
Baca juga: 3 Gejala Varian Baru Covid-19 Afrika Selatan dan Brasil yang Muncul di India
Dilansir dari The Guardian, Perancis akan memperpanjang periode antara suntikan pertama dan kedua vaksin anti-Covid mRNA menjadi enam minggu dari empat minggu.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kesehatan Oliver Veran, seraya menambahkan itu untuk mempercepat kampanye inokulasi.
"Itu akan memungkinkan kami memvaksinasi lebih cepat tanpa mengurangi perlindungan," kata Veran.
Berdasarkan laporan dari Reuters, Perancis telah menyetujui penggunaan vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna mRNA.
Veran juga mengatakan, mulai Senin (12/4/2021), vaksin AstraZeneca akan tersedia untuk semua orang yang berusia di atas 55 tahun.
Baca juga: 4 Fakta Seputar Varian Baru Covid-19 yang Ditemukan di Perancis
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, ada "ketidakseimbangan yang mengejutkan" dalam distribusi vaksin Covid-19 di seluruh dunia.
Dilansir Reuters, Tedros juga menyebut sebagian besar negara tidak memiliki cukup vaksin untuk memvaksin petugas kesehatan dan orang lain yang berisiko tinggi.
Lebih dari 700 juta vaksin telah diberikan di seluruh dunia untuk melawan penyakit tersebut, tetapi 87 persen telah diberikan ke negara-negara berpenghasilan tinggi atau menengah ke atas, sedangkan negara-negara berpenghasilan rendah hanya menerima 0,2 persen.
"Rata-rata di negara-negara berpenghasilan tinggi, hampir satu dari empat orang telah menerima vaksin Covid-19. Di negara-negara berpenghasilan rendah, vaksin diberikan kepada satu dari lebih 500 orang," kata Tedros.
Baca juga: Draf Laporan WHO Sebut Ada 4 Skenario Asal Usul Corona, Ini Temuannya
Fasilitas berbagi vaksin global, Covax, telah mengirimkan hampir 38,4 juta dosis vaksin ke 102 negara di enam benua, enam minggu setelah mulai meluncurkan pasokan, menurut Aliansi Vaksin GAVI dan WHO.
Akan tetapi, mekanisme yang bertujuan menyediakan lebih dari 2 miliar dosis vaksin untuk 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah sepanjang tahun ini, telah menghadapi penundaan pengiriman.
"Kami berharap bisa mengejar (distribusi) selama April dan Mei. Masalahnya bukan mengeluarkan vaksin dari Covax, masalahnya adalah memasukkannya," kata Tedros, mengacu pada kelangkaan pasokan vaksin.
Selengkapnya, baca di sini.
Baca juga: Rekomendasi WHO untuk Kehamilan dan Kelahiran di Masa Pandemi