Terkait dengan terorisme, foto yang ditayangkan bisa dibenarkan bila bermanfaat, misalnya membuat masyarakat menjadi lebih sadar dan peduli terhadap bahaya terorisme dan ikut mendukung aksi antiterorisme.
Contoh ini bisa dilihat adalah pada kasus Emmett Till, remaja Afro Amerika yang menjadi korban pembunuhan secara brutal di Mississippi.
Media menayangkan foto tubuhnya dalam peti yang terbuka. Langkah ini dibela banyak kalangan karena realitas yang ditampilkan justru mendorong gelombang gerakan menentang rasisme.
Setiap media tentu punya pertimbangan tersendiri. Namun khalayak mengharapkan sebelum konten foto atau video sampai kepada mereka, maka haruslah sudah melewati rangkaian diskusi dan pertimbangan yang matang.
Tanpa justifikasi yang kuat, media yang menayangkan foto bermuatan kekerasan akan dengan mudahnya menerima tuduhan eksploitasi tragedi dan mencari sensasi semata.
Pun jika proses di redaksi berujung pada keputusan untuk mempublikasikan foto jasad teroris, setidaknya media bisa memberi peringatan kepada khalayak sebelum mereka klik tautan dan membaca isinya.
“Berita mengandung foto kekerasan yang mungkin membuat Anda tidak nyaman. Berita tidak cocok dikonsumsi anak anak.”
Cara ini akan membuat mereka yang tak sepakat dengan penayangan foto kekerasan bisa terhindar dari melihatnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.