Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Varian Corona B.1.1.7 Tingkatkan Risiko Kematian 64 Persen

Kompas.com - 20/03/2021, 18:45 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Varian virus corona B.1.1.7 yang pertama kali ditemukan di Inggris disebutkan memiliki potensi 64 persen lebih tinggi menyebabkan kematian dibandingkan jenis sebelumnya.

Temuan tersebut merupakan studi yang diterbitkan dalam jurnal Medis British Medical Journal (BMJ) pada Rabu (10/3/2021). 

Melansir dari CNBC, studi tersebut dilakukan oleh para peneliti di Universitas Exeter dan Universitas Bristol yang menganalisa lebih dari 100.000 pasien di Inggris dalam kurun waktu antara 1 Oktober 2020 hingga 28 Januari 2021.

Baca juga: Cara Melindungi Diri dari Infeksi Mutasi Virus Corona B.1.1.7

 

64 Persen lebih berisiko

Selanjutnya mereka membandingkan tingkat kematian di antara mereka yang positif terinfeksi B.1.1.7 serta mereka yang terinfeksi oleh varian virus jenis lain yang sebelumnya juga beredar.

Disebutkan orang yang terinfeksi B.1.1.7 memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk meninggal dengan perkiraan sentral 64 persen.

Para peneliti menyebut, B.1.1.7 dapat menyebabkan 227 kematian dari sampel sebanyak 54.906 pasien. Adapun jenis lain menyebabkan 141 kematian dari jumlah tersebut.

“Ditambah dengan kemampuannya untuk menyebar dengan cepat, ini membuat B.1.1.7 menjadi ancaman yang harus ditanggapi dengan serius,” kata Robert Challen dikutip dari Reuters. 

Komplikasi lain

Dr. Amesh Adalja peneliti di Pusat Keamanan Kesehatan Universitas Johns Hopkins mengatakan, masih perlu banyak penelitian untuk menentukan apa yang sebenarnya terjadi dalam perjalanan infeksi yang disebabkan oleh varian B.1.1.7.

Baca juga: Terdeteksi di Indonesia, Ini Perbandingan Varian Virus Corona B.1.1.7 dengan D614G

Pihaknya menyoroti mengenai studi tersebut yang menyebut risiko kematian pada kasus varian baru tersebut bisa muncul saat pasien sakit selama dua minggu.

“Ada pemisahan jelas yang terjadi dua minggu setelah itu, jadi saya ingin lebih memahami tentang apa yang menurut penulis mungkin disebabkan,” kata Adalja kepada CNN, Rabu (10/3/2021). 

“Mungkinkah mereka terkena infeksi bakteri, karena mereka berada di rumah sakit lebih lama? Mungkinkah mereka lebih mungkin mengalami pembekuan darah? Komplikasi apa yang menyebabkan keterlambatan kematian itu? Itulah yang menurutku paling menarik,” ujarnya.

Risiko kematian akibat varian B.1.1.7

Sementara itu, Lawrence Young seorang virologi dan profesor onkologi molekuler di Universitas of Warwick di Inggris mengatakan studi baru mengonfirmasi penelitian sebelumnya mengenai kemungkinan peningkatan risiko kematian.

“Mekanisme tepat yang bertanggung jawab atas peningkatan mortalitas yang terkait dengan varian tetap tidak pasti, tetapi dapat dikaitkan dengan tingkat replikasi virus yang lebih tinggi serta peningkatan penularan,” ujarnya.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Ditemukan di Inggris, Diduga Lebih Menular

Di sisi lain, Dr. Julian Tang ahli virologi di Universitas Lecester mengatakan belum terlalu yakin dengan hasil penelitian baru tersebut. Menurutnya pengaruh suhu musim yang paling dingin juga perlu dipertimbangkan.

“Kami benar-benar perlu meninjau kembali ini di musim semi untuk memperhitungkan faktor cuaca dingin dan variabel musiman lain,” ujarnya.

Selain itu masih diperlukan penelitian pada pasien dari belahan dunia lain.

Tentang varian virus corona B.1.1.7

Studi baru mengenai varian B.1.1.7 ini muncul setelah dua bulan usai CDC memperingatkan bahwa B.1.1.7 bisa menjadi strain dominan di Amerika Serikat.

Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky sebelumnya mengatakan kepada JAMA pada 17 Februari 2021, varian B.1.1.7 diperkirakan sekitar 50 persen lebih dapat ditularkan dan data awal menunjukkan kemungkinan varian baru mungkin 50 persen lebih ganas.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Ditemukan di Afrika Selatan, Diduga Picu Gelombang Kedua Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com