Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Asma: Gejala dan Faktor Risikonya

Kompas.com - 18/02/2021, 19:47 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Asma menjadi salah satu penyakit kronis yang akan dialami penderitanya seumur hidup dan bisa menyebabkan kondisi yang serius bahkan mengancam jiwa.

Melansir lung.org, tidak ada obat untuk asma. Akan tetapi, dengan manajemen yang tepat, penderita asma dapat hidup normal dan sehat.

Asma merupakan penyakit paru-paru kronis yang membuat sulitnya pemindahan udara yang masuk dan keluar dari paru-paru. 

Penyakit ini bisa menyerang semua usia.  

Seseorang dengan asma, saluran udaranya membengkak sehingga menjadi sangat sensitif terhadap beberapa hal yang dipaparkan lingkungan atau yang disebut pemicu.

Saat penderita menghirup pemicu tersebut, saluran udara membuat lendir lebih banyak dan membengkak. Hal ini menyebabkan sulit bernapas.

Saat asma terkontrol dengan baik, maka akan mengalami sedikit gejala sepanjang hari dan dapat melakukan aktivitas.

Beberapa orang mempunyai asma yang sulit diobati atau tidak merespons baik terhadap kortikosteroid inhalasi.

Baca juga: 4 Gejala Baru Covid-19, dari Menggigil, Sakit Kepala, hingga Nyeri Otot

Gejala asma

Sebagian besar penderita asma mengalami gejala umum berupa sesak di dada, sesak napas, batuk, atau mengi.

Meskipun penyakit yang mengancam jiwa, asma dapat dikelola untuk meminimalkan gejala.

Anda dapat menemukan apa saja yang bisa pemicu asma dan menghindarinya.

Kombinasi genetika dan terpapar unsur tertentu di lingkungan menempatkan orang pada risiko terbesar terkena asma untuk pertama kali.

Faktor risiko

Faktor risiko paling umum yang menyebabkan asma yaitu mempunyai orangtua dengan asma, mengalami infeksi pernapasan yang parah saat kanak-kanak, memiliki riwayat alergi, atau terkena iritasi kimia tertentu atau debu industri di tempat kerja.

Riwayat keluarga
Jika mempunyai orangtua dengan asma, maka ada kemungkinan tiga hingga enam kali lebih besar terserang asma daripada seseorang yang tidak memiliki orangtua dengan asma.

Infeksi saluran pernapasan karena virus
Masalah pernapasan saat masa bayi dan anak-anak dapat menyebabkan mengi. Beberapa anak yang mengalami infeksi saluran pernafasan di mana ini mengembangkan asma kronis.

Alergi
Memiliki kondisi alergi, seperti dermatitis atopik (eksim) atau rinitis alergi (demam), merupakan faktor risiko untuk terserang asma.

Baca juga: Apa Bedanya Rematik dan Arthritis? Simak Gejala dan Perawatannya

Pajanan akibat pekerjaan
Jika Anda menderita asma, pajanan terhadap elemen tertentu di tempat kerja dapat menyebabkan gejala asma.

Bagi sebagian orang, paparan debu tertentu seperti debu industri atau kayu, asap dan uap kimia, serta jamur dapat menyebabkan asma berkembang untuk pertama kalinya.

Merokok
Asap rokok mengiritasi saluran udara. Perokok memiliki risiko tinggi terkena asma.

Anak-anak yang ibunya merokok selama kehamilan atau yang terpapar asap rokok juga lebih berpotensi menderita asma.

Polusi udara
Paparan polusi udara meningkatkan risiko asma. Mereka yang tumbuh besar atau tinggal di daerah perkotaan memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita asma.

Obesitas
Anak-anak dan orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih besar terkena asma .

Meskipun alasannya tidak jelas, beberapa ahli menunjukkan peradangan tingkat rendah di tubuh yang terjadi dengan berat ekstra.

Pasien obesitas sering menggunakan lebih banyak obat, menderita gejala yang lebih buruk, dan kurang mampu mengendalikan asma mereka dibandingkan pasien dalam kisaran berat badan yang sehat.

Baca juga: 3 Gejala Varian Baru Covid-19 Afrika Selatan dan Brasil yang Muncul di India

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com