Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Kusta Sedunia: Mengenal Kusta atau Penyakit Hansen dan Gejalanya

Kompas.com - 31/01/2021, 16:04 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Sumber WebMD,WHO

KOMPAS.com - Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy Day diperingati setiap tahun pada hari Minggu terakhir bulan Januari.

Tahun ini, Hari Kusta Sedunia diperingati pada Minggu (31/1/2021).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, peringatan Hari Kusta Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan penyakit kusta, serta penderitanya.

Sementara itu, di Indonesia, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, turut mengampanyekan kesadaran tentang kusta pada peringatan Hari Kusta Sedunia 2021.

Dalam peringatan Hari Kusta Sedunia 2021, Ditjen Promkes mengajak masyarakat untuk mendukung penemuan kasus, pemeriksaan kontak, dan pengobatan kusta sampai tuntas untuk mencapai Eliminasi Kusta pada tahun 2024.

Apa itu kusta?

Mengutip laman Kemenkes RI, Jumat (29/1/2021) Sekretaris Kelompok Studi Morbus Hansen Indonesia (KSMHI) Perdoski, dr. Zunarsih Sp.KK, mengatakan, kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae).

Baca juga: Hari Kusta Sedunia 2021: Temukan, Periksa, dan Obati hingga Tuntas

Kusta menular melalui saluran pernapasan. Gejala awal kusta ditandai dengan timbulnya bercak merah ataupun putih pada kulit.

Jika tidak diobati, penyakit kusta berpotensi menimbulkan kecatatan yang seringkali menyebabkan diskriminasi baik kepada penderita maupun keluarga.

"Kalau mereka tidak segera ditemukan dan diobati, itu akan mendapatkan stigma dan diskriminasi seumur hidup," kata Zunarsih.

"Kalau kondisi tangannya sudah putus-putus, sudah kiting, bagaimana dia bisa sekolah dengan baik? saat dewasa bagaimana mereka bisa bekerja dengan baik?" imbuhnya.

Sejarah penyakit kusta

Berdasarkan catatan WHO, kusta adalah penyakit yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Hal tersebut diketahui dari literatur peninggalan peradaban kuno.

WHO menyatakan, sepanjang sejarah, orang yang menderita kusta seringkali dikucilkan oleh masyarakat dan keluarganya.

Dalam sejarah modern, bakteri penyebab penyakit ini, Mycobacterium leprae (M. leprae), ditemukan oleh G. A. Hansen pada 1873, sehingga kusta disebut juga sebagai penyakit Hansen.

Terobosan pertama di bidang pengobatan kusta terjadi pada tahun 1940-an dengan perkembangan obat dapson, yang dapat mengobati penyakit itu.

Akan tetapi, durasi pengobatan bisa berlangsung bertahun-tahun, dan seringkali seumur hidup, sehingga membuat pasien sulit untuk tetap mematuhi pengobatan.

Baca juga: INFOGRAFIK: 4 Mitos Kusta yang Jangan Lagi Dipercaya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com