Yetty mengklaim Vaksin Nusantara merupakan vaksin pertama di dunia yang menggunakan pendekatan dendritik tersebut.
"Penelitian vaksin Covid-19 di dunia ini kan ada sampai 200-an kelompok penelitian ya. Tapi setahu saya vaksin dengan pendekatan dendritik, ini adalah yang pertama di dunia," kata dia.
Baca juga: 3 Gejala Varian Baru Covid-19 Afrika Selatan dan Brasil yang Muncul di India
Vaksin Nusantara bersifat personal menyesuaikan kondisi komorbid setiap individu.
"Prosesnya simpel, mengalami inkubasi dan seminggu kemudian sudah menjadi vaksin individual dan disuntikkan ke dalam tubuh si pasien penerima vaksin dan pembuat vaksin itu sendiri. Dampaknya apa, tentu akan memberikan kekebalan terhadap Covid-19, karena ini sifatnya menjadi imunitas yang seluler, tentunya akan bertahan lama," Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang ikut memperkenalkan Vaksin Nusantara dikutip dari Kompas.com, Rabu (17 Februari 2021).
Dengan penyuntikan ini pasien hanya menerima suntikan vaksin berasal dari sel darahnya sendiri dan bukan orang lain.
Baca juga: Varian Baru Virus Corona B1525 Ditemukan di Inggris, Berpotensi Mengkhawatirkan
Terdapat sejumlah klaim kelebihan vaksin nusantara yakni:
Baca juga: Penjelasan Kemenkes soal Laporan Pasien Covid-19 yang Diminta Bayar Ratusan Juta
Ahli Biologi Molekuler Indonesia, Ahmad Utomo menilai metode pembuatan vaksin nusantara berbasis sel dendritik ini rumit.
Butuh pegecekan berulang kali dalam pengerjaannya untuk memastikan apakah antibodi muncul dan untuk memastikan apakah proses sudah benar.
Setelahnya ahli juga harus menunggu dan memastikan apakah antibodi muncul.
Baca juga: Berkaca dari Kasus Kak Seto, Berikut Gejala, Penyebab, hingga Pencegahan Kanker Prostat
Pendekatan sel dendritik menurutnya sebenarnya sudah dipakai pada imunoterapi kanker.
Metode ini menurutnya juga akan mahal karena proses kultur tak mudah dan rumit.
Meski demikian, diberitakan Kompas.com sebelumnya. Vaksin Nusantara dipatok harga Rp 140.000.
"Ini menarik sekali. Saat teman-teman ilmuwan mengetahui harga ini, mereka cuma bisa bilang W-O-W. Karena amazing, kecuali ada yang subsidi," ungkapnya tertawa.
Baca juga: Mengenal Apa Itu GeNose, Alat Pendeteksi Covid-19 UGM yang Akurasinya Disebut Capai 75 Persen
(Sumber: Kompas.com/Rosy Dewi Arianti Saptoyo, Luthfia Ayu Azanella, Riska Farasonalia | Editor Rizal Setyo Nugroho, Gloria Setyvani Putri, Rendika Ferri Kurniawan, Khairina)