Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Terjadi Gempa, Begini Cara Jepang Melatih Mitigasi Sejak Dini

Kompas.com - 14/02/2021, 15:26 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jepang merupakan salah satu negara yang kerap diguncang gempa bumi. Terbaru, gempa berkekuatan magnitudo 7,3 mengguncang prefektur Fukushima, pada Sabtu (13/2/2021) pukul 23.07 waktu setempat.

Satu dekade sebelumnya, tepatnya pada 11 Maret 2011, gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,0 magnitudo mengguncang wilayah yang sama, dan memicu terjadinya tsunami.

Akibat bencana yang disebut sebagai Gempa Tohoku itu, belasan ribu orang meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka.

Selain menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan kerusakan parah, bencana pada tahun 2011 itu juga mengakibatkan inti reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi mengalami ledakan. 

Baca juga: Tidak Ada Korban Jiwa, Apakah Jepang Bisa Memprediksi Datangnya Gempa?

5.000 gempa setiap tahun

Seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (14/2/2021) kurang lebih ada sekitar 5.000 gempa bumi kecil yang tercatat setiap tahunnya di Jepang.

Lebih dari setengahnya berkekuatan antara 3,0 sampai 3,9 magnitudo. Karena kekuatannya tidak terlalu besar, mayortias gempa bumi di Jepang tidak dirasakan oleh orang-orang.

Akan tetapi, terdapat sekitar 160 gempa bumi dengan kekuatan 5 magnitudo atau bahkan lebih besar, yang mengguncang kepulauan Jepang setiap tahunnya.

Dengan situasi semacam itu, pemerintah Jepang telah sejak lama melatih warganya untuk bersiap terhadap kemungkinan terjadinya gempa bumi, dan juga tsunami.

Persiapan dan pelatihan tersebut bahkan telah diberikan kepada anak usia sekolah dasar.

Baca juga: Gempa Jepang M 7,3 Disebut Gempa Susulan dari Tahun 2011

Simulasi gempa bumi di sekolah


Melansir laman Kids Web Japan yang dikelola oleh Kementerian Luar Negeri Jepang, simulasi gempa bumi secara rutin diadakan di sekolah-sekolah dasar di Negeri Sakura.

Jika gempa bumi terjadi ketika siswa berada di kelas, anak-anak tersebut diajari untuk berlindung di bawah meja, dan berpegangan pada kaki meja hingga guncangan gempa selesai.

Setelah itu, guru akan membimbing murid-muridnya keluar dari gedung sekolah, dan memanggil nama siswanya satu demi satu, untuk memastikan setiap orang aman dan selamat.

Sementara itu, jika gempa terjadi ketika anak-anak tengah berada di lapangan sekolah, mereka dilatih untuk berkumpul di tengah lapangan, dan menjauh dari bangunan sekolah.

Terkadang, simulasi tersebut juga digelar dengan menggandeng pihak pemadam kebaran. Para siswa bergantian mengikuti simulasi di ruangan khusus yang dirancang untuk memberikan efek guncangan seperti gempa sungguhan.


Kemudian, pada bangunan sekolah yang terdiri dari tiga lantai, anak-anak juga akan berlatih mengikuti jalur evakuasi dari lantai atas menuju lantai dasar.

Tidak hanya itu, simulasi juga dilakukan dengan mengajak siswa untuk membayangkan terjadi kebakaran saat terjadi gempa bumi. Mereka diminta untuk mencari jalur paling aman agar bisa keluar dari sekolah.

Lokasi terjadinya kebakaran selalu berbeda setiap simulasi, sehingga anak-anak dapat mengantisipasi setiap kemungkinan yang terjadi.

Para guru dan siswa tingkat atas juga belajar melalui video, tentang bagaimana cara mengoperasikan alat pemadam api, yang selalu tersedia di setiap sekolah.

Sekolah sebagai tempat pengungsian

Jika gempa bumi dahsyat terjadi saat jam pelajaran di sekolah, para siswa akan menunggu di sekolah dengan didampingi gurunya sampai seseorang dari rumah datang menjemput.

Hal tersebut dilakukan karena ada kemungkinan bahaya yang bisa terjadi ketika mereka memutuskan pulang ke rumah sendirian, atau tempat tinggal mereka rusak akibat gempa dan orang tua mereka telah mengungsi ke tempat lain.

Baca juga: Cerita WNI di Jepang Saat Gempa M 7,3: Kondisi Aman, Piring-piring Pecah

Latihan menunggu di sekolah itu juga diajarkan di sekolah dalam simulasi gempa bumi.

Tidak hanya sebagai tempat simulasi, tepat setelah gempa tahun 2011 dan tahun 1995, banyak sekolah dasar dan sekolah menengah yang kemudian juga bisa difungsikan sebagai tempat pengungsian darurat bagi mereka yang kehilangan rumah.

Beberapa sekolah, bisa digunakan untuk menampung banyak orang selama beberapa bulan, sembari menunggu pembangunan perumahan sementara selesai dilakukan.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Antisipasi Gempa Bumi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com