Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
DNA dan RNA berbeda. DNA ditemukan didalam nukleus atau inti sel dan juga didalam cairan inti sel atau nucleoid, sedangkan RNA ditemukan didalam sitoplasma sel, nukelus, dan ribosom.
Dalam perkembangannya, PCR digunakan untuk pengujian sampel virus corona, SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19.
Ahli Patologi Klinis sekaligus Direktur RS UNS Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, pada kasus-kasus awal Covid-19, semua pemeriksaan kasus dilakukan bertahap sejak PCR mulai kultur, sampai sqeuncing.
"Waktu itu kasusnya baru sedikit. Dari sana terkumpul data bahwa PCR dapat digunakan karena tingkat kesesuaiannya dengan hasil kultur dan squencing genom," jelas Tonang, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (7/2/2021).
Ketika kasus terus bertambah, lanjut Tonang, kultur virus dan squencing membutuh waktu, tempat dan alat banyak.
Oleh karena itu, penanganan dan deteksi virus Covid-19 dengan mencontoh kultur jaringan pembiakan anggrek dirasa kurang tepat.
"Bila semua diagnosis Covid-19 harus dengan kultur virus, maka akan semakin sangat lambat lagi," kata Tonang.
Risiko dari diagnosis menggunakan kultur virus rentan menimbulkan penumpukan kasus, waktu tunggu lama, dan beberapa masalah lainnya.
"PCR yang di beberapa tempat waktu tunggunya ada yang cepat, tapi ada yang lambat saja, sudah menimbulkan banyak keluhan, apalagi kultur. Target gen pada PCR covid itu jelas, terbuka dan tidak dirahasiakan," kata Tonang.
Dari penelusuran dan konfirmasi yang dilakukan Tim Cek Fakta Kompas.com, dapat disimpulkan bahwa pernyataan hasil tes PCR tidak tepat karena tidak mencontoh mesin kultur pembiakan anggrek adalah tidak benar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.