Selain itu, Adam menjelaskan tidak tepat jika parosmia disebut efek samping dari Covid-19.
Akan tetapi parosmia adalah keluhan atau konsekuensi jangka panjang jika di kasus tersebut terjadi dalam waktu lama setelah dinyatakan sembuh.
Baca juga: Parosmia Disebut sebagai Gejala Baru Covid-19, Apa Itu?
Lebih lanjut dia menjelaskan perbedaan antara parosmia, anosmia, hiposmia, dan phantosmia. Berikut penjelasannya:
1. Anosmia: kehilangan kemampuan penciuman total
2. Hiposmia: kehilangan kemampuan penciuman sebagian (kemampuan penciuman masih ada, tapi menurun)
3. Parosmia: distorsi kemampuan penciuman (salah mempersepsikan bau)
4. Phantosmia: halusinasi bau (mencium bau yang sebetulnya tidak ada).
Baca juga: Mengenal Parosmia, Gejala Long Covid Pasien Cium Bau Tidak Sedap
Adam menjelaskan, hingga saat ini belum ada obat atau terapi khusus yang terbukti bisa menyembuhkan gangguan penciuman, termasuk parosmia.
Sementara itu untuk pemulihan parosmia, Adam menyarankan, penyintas bisa melakukan smell training dengan menggunakan bahan yang baunya menyengat, misalnya kopi atau parfum.
Kemudian, jika keluhannya berlanjut dan membuat tidak nyaman padahal sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19, dia menyarankan kepada pasien untuk segera ke dokter spesialis THT.
Terkait berapa lama parosmia terjadi pada penyintas Covid-19, menurut Adam, jangka waktunya bisa bervariasi.
Dia mengatakan mayoritas akan membaik dalam 1-2 minggu, namun ada pula yang berkepanjangan hingga 6 bulan.
Baca juga: Parosmia, Gangguan Rasa dan Penciuman Setelah Sembuh dari Covid-19
Infografik:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.