KOMPAS.com - Ketegangan antara Partai Demokrat dan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko masih terus berlanjut.
Melalui akun Instagram-nya, Moeldoko mengunggah sebuah foto dirinya yang sedang memegang secangkir kopi pada Kamis (4/2/2021).
Dalam foto itu, ia menyantumkan sebuah kalimat "Aku Ngopi-Ngopi, Kenapa Ada yang Grogi?
Baca juga: Jadi Trending Topic, Berikut Sejarah Partai Demokrat...
"Saat sekumpulan laki laki menikmati kopi, pembicaraan bisa melebar dari soal joke ringan, pekerjaan, sosial, seni, olahraga, bahkan politik.
Setelah habis secangkir, kita bisa kembali ke pekerjaan masing-masing dimana semua sepakat "no hard feeling".
Ngopi membuka wawasan kita. Kenapa untuk ngopi saja, harus pakai lapor atau minta ijin. Toh menurut sebuah artikel di @natgeoindonesia "Minum Kopi Bermanfaat Bagi Pendengaran" a.k.a bisa mencegah gangguan pendengaran," tulis dia.
Baca juga: Kasus Jiwasraya, dari Bermasalah sejak Era SBY hingga Bungkamnya Erick Thohir
Pada unggahan selanjutnya, Sabtu (6/2/2021), Moeldoko kembali mengunggah foto serupa dengan kalimat yang berbeda, yaitu "Aku Nambah Kopi, Ada yang Semakin Grogi".
"Habis secangkir kopi, tak elok jika langsung pergi. Apalagi jika ada kawan yang baru bergabung, baiknya tambah secangkir lagi.
Kalau kamu dengar ada yang melarang, agaknya kamu benar-benar butuh kopi. Konon kata ahli 'Kopi bisa mencegah gangguan pendengaran'," tulis Moeldoko.
Baca juga: 11 Manfaat yang Bisa Didapat dari Secangkir Kopi Hitam
Lantas, adakah makna di balik unggahan ngopi Moeldoko tersebut?
Pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina sekaligus pendiri Survei KedaiKOPI Hendri Satrio mengatakan unggahan Moeldoko tersebut merupakan komunikasi simbol yang terlalu gamblang.
Menurutnya, unggahan itu jelas ditujukan untuk menyindir Partai Demokrat.
"Jelas disampaikan kepada Demokrat yang resah karena Pak Moeldoko ngopi-ngopinya dengan beberapa orang," kata Hendri kepada Kompas.com, Minggu (7/2/2021).
Baca juga: Lebih Dekat dengan Tiga Lembaga yang Disebut Moeldoko Akan Dibubarkan Jokowi
Kendati demikian, ia juga melihat Moeldoko melalui unggahannya membutuhkan pembenaran publik bahwa ngopi yang dilakukannya itu merupakan hal lumrah.
Sebaliknya, Hendri menyebut Moeldoko ingin menunjukkan bahwa Partai Demokrat yang sesungguhnya terlalu terbawa perasaan (baper) atas aktivitas itu.
"Pak Moeldoko sebenarnya resah dan butuh pembenaran publik bahwa apa yang dia lakukan itu benar dan biasa saja," jelas dia.
"Itu sebenarnya yang dia cari, bahwa yang sebenarnya baperan itu Demokrat, jadi ada keresahan juga di balik unggahan sindiran itu," tambahnya.
Baca juga: Menyoal Fenomena Buzzer, dari Pernyataan Moeldoko hingga Bantahan Istana
Hendri berharap, ketegangan antara Moeldoko dan Partai Demokrat segera diselesaikan.
Terlebih, Mooeldoko saat ini menjadi pejabat negara dan harus fokus pada tugas-tugasnya berkaitan dengan kepentingan negara.
"Tapi kalau Pak Moeldoko ingin berkecimpung di dunia politik praktis, ya go for it," ujarnya.
"Mudah-mudahan setelah ini ada unggahan yang mengajak silaturahmi atau tabayun. Mudah-mudahan ada simbol juga yang dia sampaikan, entah apa pun itu," tutupnya.
Baca juga: 8 Momen Jokowi Marah dan Sentil Para Pembantunya...
Diketahui, Moeldoko disebut-sebut ingin merebut kepemimpinan Partai Demokrat dan menjadikannya sebagai kendaraan politik pada Pemilu 2024.
Ia juga disebut telah menemui sejumlah kader Partai Demokrat untuk menggalang kekuatan agar dapat menyelenggarakan kongres luar biasa.
Kendati demikian, Moeldoko membantah tudingan tersebut. Ia mengaku tak punya hak untuk mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat karena bukan bagian dari internal partai.
Baca juga: Mengenal Asabri, Perusahaan BUMN yang Diduga Terindikasi Korupsi oleh Mahfud MD