Ia memikirkan cara agar orang dapat minikmati kopi yang bersih tanpa ada bubuk-bubuk yang mengganggu ketika dinikmati. Berbagai cara telah ia coba.
Baca juga: Profil Penemu Wifi: Hedy Lamarr
Akhirnya, pada suatu hari, Melitta membuat lubang-lubang kecil di panci kuningan. Ia memasukkan selembar kertas ke dalam panci untuk membuat sistem penyaringan dua bagian.
Dilansir dari New York Times, kertas yang dipakai sebenarnya adalah buku latihan sekolah milik putranya yang bernama Willy.
Kemudian, panci yang sudah dilubangi tadi diletakkan di atas cangkir. Melitta mengisinya dengan kopi bubuk dan menuangkan air panas.
Kertas di panci menjebak bubuk kopi dan membiarkan cairan kopi meresap. Cairan itu lama-lama menetes dari lubang panci ke dalam cangkir.
Kopi yang dihasilkan dari metode ini memiliki rasa yang tidak sepahit jika direbus langsung, serta bebas dari bubuk kopi.
Dari situ, penyaring kopi dan kopi drip lahir.
Setelah mendapatkan hak paten pada 20 Juni 1908, Melitta melihat peluang bisnis. Ia pun mengontrak seorang pandai besi untuk memproduksi alat penyaring kopi.
Beberapa bulan setelah mendapat hak paten, tepatnya pada 15 Desember 1908, Melitta berhasil menjual 1.200 filter kopi saat pameran Leipzig pada 1909.
Sayangnya, pada Perang Dunia I kertas menjadi barang langka di Jerman. Pemerintah juga melarang impor biji kopi. Bisnis Melitta berhenti.
Tidak cukup dengan mogoknya usaha akibat perang, Hugo, suami Melitta diperintahkan untuk ikut perang.
Keadaan mulai membaik seusai perang. Bisnis Melitta kembali berjalan, bahkan sangat pesat. Ia mengekspor penyaring kopi sampai ke Republik Ceko dan Swiss pada1922.
Sampai detik ini, bisnis dan perusahaan Melitta masih ada dan terus berkembang.
Perusahaan Melitta kini tidak hanya memperoduksi penyaring kopi, tetapi juga menawarkan barang dan layanan seputar kopi.
Bisnis ini tersebar di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, dan Asia.