Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gempa M 6,9 Guncang Kobe, 6.434 Orang Meninggal

Kompas.com - 17/01/2021, 11:20 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 26 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 17 Januari 1995, Kota Pelabuhan Kobe, Jepang diguncang gempa besar yang menyebabkan ribuan nyawa melayang.

Berdasarkan Japan Times (16/1/2020), gempa ini menjadi gempa besar pertama yang melanda kota besar Jepang sejak Perang Dunia II.

Gempa berkekuatan M 6,9 ini terjadi pada pagi hari sekitar pukul 05.46 waktu setempat dan menewaskan sekitar 6.434 nyawa serta melukai lebih dari 40.000 warga.

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Meski berlangsung hanya sekitar 12 detik, ada sekitar 240.000 rumah hancur akibat getaran hebat ini, itu belum termasuk infrastruktur kota yang juga turut porak-poranda.

Akibatnya, sekitar 316.000 jiwa harus dievakuasi ke lokasi-lokasi pengungsian yang dinilai lebih aman.

Kehancuran ini terjadi hanya dalam tempo waktu beberapa menit saja,

Baca juga: UPDATE Gempa Sulbar: 56 Orang Meninggal, Jalur Darat Majene-Mamuju Sudah Pulih

Gempa Kobe

Akibat gempa ini, kerugian yang ditimbulkan mencapai 100 miliar dollar AS.

Pemerintah setempat pun memerlukan waktu hingga bertahun-tahun untuk kembali membangun fasilitas baru untuk kembali menarik 50.000 orang yang keluar dari wilayah setelah gempa.

Selain disebut sebagai gempa Kobe, gempa yang satu ini juga dikenal sebagai Great Hanshin Earthquake.

Baca juga: Gempa Majene, Berikut Deretan Bangunan Vital yang Alami Kerusakan

Salah satu saksi mata ketika itu, Shinichi Saito menyebut dirinya bangun pada pukul 05.00 di hari kejadian, kemudian membaca koran hingga akhirnya terjadilah bencana besar itu.

"Tapi sesaat sebelum guncangan, terlihat ada cahaya seperti kilat disusul suara keras yang terdengar seperti dentuman drum," kata Saito.

Beberapa jam setelah gempa terjadi, jaringan listrik padam, begitu juga dengan sambungan telepon dan mesin fax yang tidak bisa dioperasikan.

Baca juga: Bencana dan Tragedi pada Januari 2021, Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 hingga Gempa di Majene...

Relawan berdatangan

Saking banyaknya orang yang tertimbun reruntuhan bangunan ketika itu, otoritas yang melakukan evakuasi seperti kepolisian, petugas pemadam kebakaran, disebut hanya bisa menyelamatkan sekitar 20 persen dari total korban yang terperangkap.

Sementara sisanya sekitar 80 persen korban justru berhasil diselamatkan oleh warga yang tidak memiliki keahlian atau alat bantu khusus.

Hal ini karena terbatasnya jumlah kekuatan petugas yang ada.

Baca juga: Pengungsi Banjir di Martapura, Kalsel: Kami Butuh Pakaian dan Obat-Obatan

 

Aparat harus dibagi, tidak hanya melakukan evakuasi, tapi juga memastikan keamanan, mengatur lalu lintas, dan sebagainya.

Perlahan setelah gempa berlalu, dilaporkan ada sekitar 1,4 juta relawan dari sepenjuru wilayah Jepang datang dan memberikan bantuannya.

Ya, bencana sudah berlalu, namun dampaknya di masyarakat tentu belum sepenuhnya tuntas.

Berdasarkan National Geograpic (6/4/2020), Jepang memang menjadi salah satu wilayah yang paling aktif secara geologis, karena menjadi tempat berinteraksinya 4 lempeng tektonik utama Bumi, yakni Eurasia, Filipina, Pasifik, dan Amerika Utara.

Dan gempa yang melanda Kobe adalah hasil dari adanya sesar di lokasi pertemuan lempeng Eurasia dan Filipina.

Baca juga: Mengapa Bandung Kerap Diterjang Banjir?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Antisipasi Gempa Bumi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com