Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Pangeran Diponegoro dan Sejarah Perjuangannya...

Kompas.com - 08/01/2021, 18:05 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, 166 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 8 Januari 1855, Pangeran Diponegoro meninggal dunia di Makassar.

Pria kelahiran Yogyakarta, 11 November 1785 tersebut meninggal pada usia 69 tahun.

Sejarah mencatat, Pangeran Diponegoro atau Pangeran Harya Dipanegara ini telah berjibaku memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa pada periode 1825-1830 melawan Hindia Belanda.

Kini, perjuangannya dalam memerdekakan Indonesia masih dikenang dan diilhami tauladannya bagi masyarakat Indonesia.

Baca juga: Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Bagaimana Prosedurnya?

Lantas, bagaimana kisah hidup Pangeran Diponegoro di masa lalu?

Dilansir dari Kompas.com (17/6/2020), Pangeran Diponegoro memiliki nama kecil yakni Bendara Raden Mas Mustahar.

Ia merupakan putra Gusti Raden Mas Suraja (Sultan Hamekubuwana III), raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, dengan RA Mangkorowati.

Dalam buku Sejarah Singkat Diponegoro (2019) karya Wardiman Djojonegoro, Bendara Raden Mas Mustahar (7) dipindah dari Keputren (tempat kaum perempuan dan para garwa raja) di dalam keraton menuju Tegalrejo.

Ia dibimbing oleh pejuang wanita berpengalaman, taat beragama, serta berkemauan baja.

Baca juga: Sepak Terjang Ruhana Kuddus, Penerima Gelar Pahlawan Nasional 2019

Ketika berusia 18 tahun, nama Bendara Raden Mas Mustahar berubah menjadi Bendara Raden Mas Antawirya.

Pada masa ini, ia mendapatkan pendidikan kesastraan Islam-Jawa dan menjalani pengajaran bergaya pesantren lebih formal tentang Al Quran dan hadis yang didapat dari ulama yang berkunjung ke Tegalrejo.

Beranjak dewasa, meski merupakan keturunan kerjaan, ia justru menolak permintaan ayahnya agar ia menjadi raja.

Baca juga: Berikut 10 Raja Terkaya di Dunia

Meletusnya Perang Jawa

Ilustrasi Penangkapan Pangeran DiponegoroKemendikbud Ilustrasi Penangkapan Pangeran Diponegoro

Disebutkan bahwa lahirnya Pangeran Diponegoro telah diramalkan akan mendatangkan kerusakan yang lebih hebat pada pihak Belanda.

Hal ini terealisasi pada 1825 di mana Perang Jawa terjadi.

Adapun perang itu bermula dari keputusan dan tindakan Belanda yang memasang patok-patok di atas tanah milik Pangeran Diponegoro di Desa Tegalrejo.

Baca juga: Trending di Twitter, seperti Apa Sejarah Masjid Istiqlal?

Pematokan tersebut juga tidak pernah mendapat pemberitahuan kepada Pangeran Diponegoro.

Saat itu, Belanda akan membuat jalan raya yang melintas di sebelah timur Tegalrejo, di mana pematokan itu meresahkan masyarakat.

Keresahan masyarakat juga diperparah dengan adanya pajak tinggi, sikap tidak menghargai adat istiadat, dan eksploitasi berlebih dari Belanda.

Akhirnya, perselisihan pun terjadi dan meluas hingga menjadi peperangan yang berlangsung selama lima tahun lamanya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pembangunan Jembatan Brooklyn yang Menewaskan Banyak Orang

Perang ini berlangsung di sebagian Pulau Jawa, dengan lokasi Yogyakarta di pantai selatan hingga perbatasan Banyumas di bagian barat, dan Magelang di utara.

Pada 1827, Pangeran Diponegoro terjepit karena Belanda menyerang dengan 23.000 pasukan.

Masih dari sumber yang sama (9/12/2019), pasukan Belanda yang dipimpin Jenderal De Kock berhasil mendesak Diponegoro di Magelang pada 28 Maret 1830.

Saat itu, Belanda meminta agar Pangeran Diponegoro menghentikan perang, namun permintaan itu ditolak.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 5 Bom Meledak di Manila, 14 Orang Meninggal

Diasingkan

Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, Semarang.

Pada 5 April 1839, Pangeran Diponegoro dibawa ke Batavia menggunakan kapal Pollux.

Selanjutnya pada 30 April 1830, Belanda memutuskan Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado bersama dengan istri keenamnya, Raden Ayu Ratna Ningsih.

Pangeran Diponegoro beserta rombongannya tiba di Manado pada 3 Mei 1830 dan langsung ditawan di Benteng Amsterdam.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Hagia Sophia Selesai Dibangun

Pada 1834, ia dipindahkan ke Benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan.

Di kota tersebut, Pangeran Diponegoro menghabiskan sisa hidupya hingga tutup usia pada 8 Januari 1855.

Ia dimakamkan di Jalan Diponegoro, Makassar.

Baca juga: 4 Oktober 1965, 7 Jenazah Pahlawan Revolusi Dievakuasi dari Sumur Lubang Buaya

(Sumber: Kompas.com/Ari Welianto, Serafica Gischa | Editor: Nibras Nada Nailufar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com