Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] Varian Baru Virus Corona Disebut Tidak Bisa Dideteksi PCR

Kompas.com - 27/12/2020, 17:59 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

klarifikasi

klarifikasi!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.

KOMPAS.com - Baru-baru ini beredar informasi mengenai varian baru virus corona tidak bisa dideteksi oleh tes PCR.

Informasi yang tersiar di media sosial itu muncul setelah mencuat informasi soal pengumuman dari Inggris mengenai varian baru virus corona B117.

Informasi bahwa varian baru virus corona B117 tidak bisa dideteksi tes polymerase chain reaction (PCR) salah.

Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menegaskan, varian baru SARS-CoV-2 tetap mampu dideteksi tes PCR.

Narasi yang Beredar

Sebuah akun di Facebook menulis status mengenai mutasi virus Covid-19 yang membentuk varian baru bernama B117. Virus baru ini tengah mengganas di Inggris dan sudah masuk ke Singapura

Akun itu menulis, varian virus B117 tidak bisa dideteksi oleh PCR test atau rapid test antigen.
Berikut isi lengkap statusnya:

"Virus Covid-19 mengalami mutasi dan membentuk varian baru yg diberi nama covid-19 B117, virus jenis baru ini sedang mengganas di Inggris dan sudah masuk ke Singapura melalui seorang mahasiswi warga Singapura yg sedang mudik. Celakanya virus tersebut tidak bisa terdeteksi melalui PCR test atau Rapid test Antigen.
Ternyata kemampuan manusia sangat terbatas. Tiada lagi tempat bergantung dan mohon pertolongan selain Allah. Laa haula wa laa quwwata illa billah."

Status Facebook keliru mengenai varian baru virus corona B117 tidak bisa dideteksi tes PCR.Facebook Status Facebook keliru mengenai varian baru virus corona B117 tidak bisa dideteksi tes PCR.

Penjelasan

Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menegaskan, varian baru SARS-CoV-2 tidak bisa dideteksi tes PCR salah.

"Tetap mampu mendeteksi," katanya kepada Kompas.com, Minggu (27/12/2020).

Pernyatannya itu didasarkan pada penelitian dari British Medical Journal yang terbit pada 23 Desember 2020. Kasus pertama dari varian B.1.1.7 tercatat pada 20 September 2020.

Dalam penelitian itu, Kepala Departemen Penyakit Menular di Imperial College London Wendy Barclay mengatakan, tes PCR tergantung pada tiga pengujian yang berbeda. Salah satu pengujian mendeteksi Spike atau bagian lonjakan virus.

"Salah satu cara (varian virus baru) ini diambil adalah bahwa bagian Spike dari pengujian tampaknya tidak bekerja dengan baik pada varian ini. Ini bukanlah masalah dari segi jumlah kasus, karena kami memiliki dua bagian cadangan lain yang masih mendeteksi virus," katanya.

Lewat akunnya di Twitter, Zubairi menjelaskan bahwa tes PCR bisa mendeteksi tiga Spike (seperti paku-paku yang menancap pada permukaan virus corona) berbeda. Dengan demikian, varian baru virus corona masih tetap bisa dideteksi tes PCR.

Selain itu, varian baru virus corona ini tidak mempengaruhi hasil dari vaksinasi.

"Karena vaksinasi tidak membentuk satu respons antibodi saja. Yang harusnya terpengaruh adalah kebijakan kita dan keputusan orang untuk berlibur. Sekali lagi, mari perketat tali masker," tulis Zubairi.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com