Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Varian Baru Corona di Inggris Disebutkan Rentan Menginfeksi Anak-anak...

Kompas.com - 27/12/2020, 11:01 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Varian baru virus corona yang menyebar dengan cepat di Inggris disebutkan membawa mutasi yang dapat menyebabkan anak-anak rentan tertular virus tersebut seperti orang dewasa.

Para ilmuwan dari Kelompok Penasihat Ancaman Virus Pernapasan Baru dan Berkembang (NERVTAG) pemerintah yang melacak varian ini mengatakan, bahwa virus tersebut dengan cepat menjadi strain dominan di wilayah selatan Inggris.

Bahkan, varian baru dari virus ini dapat segera menyebar dengan cepat di seluruh negeri.

"Kami sekarang memiliki keyakinan tinggi bahwa varian ini memang memiliki keunggulan penularan dibandingkan varian virus lain yang saat ini ada di Inggris," ujar Ketua NERVTAG yang merupakan Profesor Penyakit Menular di Universitas Oxford, Peter Horby seperti dikutip dari Reuters, (27/12/2020).

Baca juga: Simak, Ini 7 Gejala Terkait dengan Varian Baru Virus Corona

Menurut ahli epidemiologi penyakit menular di Imperial College London yang juga anggota NERVTAG, Neil Ferguson, terdapat petunjuk bahwa virus mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk menginfeksi anak-anak.

"Kami belum menetapkan kausalitas apa pun tentang itu, tapi dapat melihatnya di data," ujar Ferguson.

Ferguson menambahkan, pihaknya perlu mengumpulkan lebih banyak data untuk mengetahui perilaku virus di masa mendatang.

Baca juga: Catat, 9 Daerah Ini Wajibkan Dokumen Rapid Test Antigen, Mana Saja?

Munculnya mutasi varian SARS-CoV-2 yang disebut para ahli dapat menular hingga 70 persen daripada strain sebelumnya di Inggris telah mendorong sebagian besar wilayah di negara ini kembali ke aturan pembatasan yang ketat.

Profesor NERVTAG dan spesialis virologi di Imperial College London Wendy Barclay menyampaikan, mutasi varian baru merupakan perubahan pada cara virus memasuki sel manusia, yang memungkinkan anak-anak sama rentannya terinfeksi virus seperti orang dewasa.

"Oleh karena itu, dengan pola pencampuran mereka, Anda akan melihat lebih banyak anak terinfeksi," tutur Barclay.

Baca juga: Jalan Panjang Wisma Atlet Kemayoran Sebelum Disulap Jadi RS Darurat Covid-19

Dikabarkan BBC, jenis virus corona sebelumnya lebih sulit menginfeksi anak-anak daripada orang dewasa.

Salah satunya disebabkan anak-anak mempunyai lebih sedikit reseptor ACE2 yang digunakan virus untuk memasuki sel tubuh.

Melansir website farmasi UGM, angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) merupakan enzim yang menempel pada permukaan luar (membran) sel-sel di beberapa organ, seperti paru-paru, arteri, jantung, ginjal, dan usus.

Dari kejadian epidemi SARS pada 2002-2003, para peneliti telah menemukan bahwa virus SARS-CoV (penyebab SARS) dapat masuk ke dalam sel inangnya dengan berikatan dengan ACE2 sebagai reseptornya.

Baca juga: Ramai Topik soal Rapid Antigen, Apakah Sama dengan Swab Antigen?

Varian baru di Inggris

Ilustrasi virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Peneliti kembali buktikan efek virus corona pada otak yang dapat menyebabkan efek kognitif, kabut otak hingga kelelahan.SHUTTERSTOCK/creativeneko Ilustrasi virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Peneliti kembali buktikan efek virus corona pada otak yang dapat menyebabkan efek kognitif, kabut otak hingga kelelahan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com