Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Kerusakan Paru-paru Akibat Covid-19 Masih Bisa Dideteksi 3 Bulan Usai Infeksi

Kompas.com - 04/12/2020, 12:02 WIB
Mela Arnani,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Oxford menemukan virus corona dapat menyebabkan kelainan atau kerusakan pada paru-paru. Kerusakan tersebut masih bisa dideteksi lebih dari tiga bulan setelah seseorang terinfeksi.

Penelitian dilakukan menggunakan teknik pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan gas xenon, untuk mengidentifikasi kerusakan yang tidak ditemukan oleh pemindaian konvensional.

Mengutip BBC, Selasa (1/12/2020), penelitian teknik xenon yang dipmpin Prof Fergus Gleeson akan melihat pasien menghirup gas selama pemindaian MRI. Penelitian dilakukan terhadap 10 orang berusia antara 19-69 tahun.

Hasilnya, delapan dari pasien yang diuji mengalami sesak napas dan kelelahan yang terus menerus selama tiga bulan setelah terserang virus corona. Meski begitu, tidak ada dari mereka yang mendapatkan perawatan intensif atau memerlukan ventilator.

Sementara pemindaian konvensional, tidak menemukan masalah pada paru-paru para pasien tersebut.

Baca juga: Update Corona Global: 65,4 Juta Positif | Batch Pertama Vaksin Pfizer Tiba di Inggris

Pemindaian MRI teknik xenon menunjukkan tanda-tanda kerusakan paru-paru, dengan menyoroti area udara yang tidak mengalir dengan mudah ke dalam darah.

Penemuan ini mendorong para peneliti untuk merencanakan uji coba hingga 100 orang, untuk melihat hal yang sama berlaku pada orang yang tidak dirawat di rumah sakit dan tidak menderita gejala yang begitu serius.

Prof Gleeson berencana bekerja sama dengan dokter untuk memindai orang yang dites positif Covid-19 di berbagai kelompok usia.

Mengetahui kerusakan paru-paru

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui terjadinya kerusakan paru-paru yang permanen atau sembuh seiring waktu.

Prof Gleeson menilai, kerusakan paru-paru yang diidentifikasi dengan pemindaian xenon kemungkinan menjadi salah satu faktor di balik kasus Covid-19 yang lama, yakni orang merasa tidak sehat selama beberapa bulan setelah terinfeksi.

Baca juga: Transplantasi Paru-paru Jadi Harapan Hidup Pasien Covid-19, Kenapa?

Teknik pemindaian dikembangkan kelompok peneliti di Universitas Sheffield yang dipimpin Prof James Wild.

"Teknik ini menawarkan cara unuk untuk menunjukkan kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi Covid-19 dan efek sampingnya," ujar Wild.

"Dalam penyakit paru-paru fibrotik lainnya, kami telah menunjukkan metode yang sangat sensitif terhadap gangguan, dan kami berharap pekerjaan ini dapat membantu memahami penyakit paru-paru akibat Covid-19," lanjutnya.

Sementara itu, Dr Shelley Hayles yang terlibat dalam persiapan uji coba, percaya hingga 10 persen penderita Covid-19 mungkin mengalami beberapa bentuk kelainan pada paru-paru yang menyebabkan gejala berkepanjangan.

Baca juga: INFOGRAFIK: 5 Penyebab Kanker Paru-paru

Selanjutnya menurut Direktur Penelitian dan Inovasi di Asthma UK dan British Lung Foundation Dr Samantha Walker, penelitian ini menjadi investigasi yang menarik dan penting agar kerusakan paru-paru setelah infeksi virus corona dapat dilihat lebih jauh, dalam skala yang lebih besar.

Sehingga, dapat lebih dipahami kerusakan jangka panjang yang disebabkan oleh virus corona.

"Jika penyelidikan lebih lanjut menunjukkan kerusakan paru-paru terjadi, ini dapat memungkinkan pengembangan tes yang dapat mengukur kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh Covid-19," ujar dia.

"Akan membuat perbedaan besar bagi banyak orang dengan masalah pernapasan dan kemungkinan perawatan khusus untuk dikembangkan," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Tren
Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Tren
Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Tren
Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Tren
Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Tren
Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Tren
7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

Tren
Batal Menggagas Benaromologi

Batal Menggagas Benaromologi

Tren
Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Tren
Disebut Hewan Pemalas, Berikut Beberapa Fakta Unik tentang Kungkang atau Sloth

Disebut Hewan Pemalas, Berikut Beberapa Fakta Unik tentang Kungkang atau Sloth

Tren
Ramai soal Aturan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Penjelasan Menkop-UKM

Ramai soal Aturan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Penjelasan Menkop-UKM

Tren
Ramai soal Mahasiswi Undip Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Mundur Usai Diungkap Warganet

Ramai soal Mahasiswi Undip Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Mundur Usai Diungkap Warganet

Tren
Head to Head Indonesia vs Irak, Tim Garuda Terakhir Menang pada Tahun 2000

Head to Head Indonesia vs Irak, Tim Garuda Terakhir Menang pada Tahun 2000

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com