Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi: Kerusakan Paru-paru Akibat Covid-19 Masih Bisa Dideteksi 3 Bulan Usai Infeksi

Penelitian dilakukan menggunakan teknik pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan gas xenon, untuk mengidentifikasi kerusakan yang tidak ditemukan oleh pemindaian konvensional.

Mengutip BBC, Selasa (1/12/2020), penelitian teknik xenon yang dipmpin Prof Fergus Gleeson akan melihat pasien menghirup gas selama pemindaian MRI. Penelitian dilakukan terhadap 10 orang berusia antara 19-69 tahun.

Hasilnya, delapan dari pasien yang diuji mengalami sesak napas dan kelelahan yang terus menerus selama tiga bulan setelah terserang virus corona. Meski begitu, tidak ada dari mereka yang mendapatkan perawatan intensif atau memerlukan ventilator.

Sementara pemindaian konvensional, tidak menemukan masalah pada paru-paru para pasien tersebut.

Pemindaian MRI teknik xenon menunjukkan tanda-tanda kerusakan paru-paru, dengan menyoroti area udara yang tidak mengalir dengan mudah ke dalam darah.

Penemuan ini mendorong para peneliti untuk merencanakan uji coba hingga 100 orang, untuk melihat hal yang sama berlaku pada orang yang tidak dirawat di rumah sakit dan tidak menderita gejala yang begitu serius.

Prof Gleeson berencana bekerja sama dengan dokter untuk memindai orang yang dites positif Covid-19 di berbagai kelompok usia.

Mengetahui kerusakan paru-paru

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui terjadinya kerusakan paru-paru yang permanen atau sembuh seiring waktu.

Prof Gleeson menilai, kerusakan paru-paru yang diidentifikasi dengan pemindaian xenon kemungkinan menjadi salah satu faktor di balik kasus Covid-19 yang lama, yakni orang merasa tidak sehat selama beberapa bulan setelah terinfeksi.

Teknik pemindaian dikembangkan kelompok peneliti di Universitas Sheffield yang dipimpin Prof James Wild.

"Teknik ini menawarkan cara unuk untuk menunjukkan kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi Covid-19 dan efek sampingnya," ujar Wild.

"Dalam penyakit paru-paru fibrotik lainnya, kami telah menunjukkan metode yang sangat sensitif terhadap gangguan, dan kami berharap pekerjaan ini dapat membantu memahami penyakit paru-paru akibat Covid-19," lanjutnya.

Sementara itu, Dr Shelley Hayles yang terlibat dalam persiapan uji coba, percaya hingga 10 persen penderita Covid-19 mungkin mengalami beberapa bentuk kelainan pada paru-paru yang menyebabkan gejala berkepanjangan.

Selanjutnya menurut Direktur Penelitian dan Inovasi di Asthma UK dan British Lung Foundation Dr Samantha Walker, penelitian ini menjadi investigasi yang menarik dan penting agar kerusakan paru-paru setelah infeksi virus corona dapat dilihat lebih jauh, dalam skala yang lebih besar.

Sehingga, dapat lebih dipahami kerusakan jangka panjang yang disebabkan oleh virus corona.

"Jika penyelidikan lebih lanjut menunjukkan kerusakan paru-paru terjadi, ini dapat memungkinkan pengembangan tes yang dapat mengukur kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh Covid-19," ujar dia.

"Akan membuat perbedaan besar bagi banyak orang dengan masalah pernapasan dan kemungkinan perawatan khusus untuk dikembangkan," lanjutnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/04/120200665/studi--kerusakan-paru-paru-akibat-covid-19-masih-bisa-dideteksi-3-bulan

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

Tren
Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke