Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Terbaru Ungkap Mutasi Virus Corona Tak Percepat Penularan

Kompas.com - 27/11/2020, 08:03 WIB
Nur Rohmi Aida,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Salah satu yang dikhawatirkan banyak ahli selama ini adalah adanya mutasi virus corona yang dapat menyebabkan pandemi semakin parah.

Namun, sebuah studi besar yang baru-baru ini yang dilakukan menggunakan 12.000 mutasi pada novel coronavirus menunjukkan, tak satu pun dari mutasi virus-virus itu mempengaruhi kemampuan virus dalam menginfeksi.

Mutasi virus tersebut diambil dari 46.000 sampel yang ada di 99 negara yang berbeda.

Para ahli genetika yang menerbitkan penelitian dalam Jurnal Nature Communications, pada Rabu (25/11/2020), mengatakan dari semua mutasi virus corona terlihat netral.

"Kami menemukan bahwa tidak ada mutasi SARS-CoV-2 berulang yang diuji, terkait dengan peningkatan penularan virus secara signifikan," kata Francois Balloux dari University College London dalam penelitian itu sebagaimana dikutip dari CNN , (25/11/2020).

Mereka menemukan mutasi virus corona tidak dapat menyebabkan virus mudah menular, seperti yang selama ini banyak diyakini para peneliti.

Baca juga: Update Corona Global: 61,1 Juta Positif | Peringatan Puncak Gelombang Kedua di Swedia

Menurutnya, mutasi yang disebut dengan D614G sebenarnya tak berpengaruh apa-apa.

“Di sini kami menemukan sebaliknya bahwa D614G tidak terkait dengan peningkatan penularan virus secara signifikan,” tulis mereka.

Mereka menambahkan, D614G muncul pada awal pandemi dan saat ini mutasi tersebut telah banyak ditemukan secara global.

Balloux menilai mutasi hanyalah terlihat sebagai ‘penumpang gelap’ yang beruntung dengan garis keturunannya dibanding sebagai penyebab meningkatnya penularan.

Nantinya, kata dia, jika orang-orang mulai divasinasi maka virus corona juga mulai bermutasi karena adanya tekanan selektif pada virus.

Baca juga: Ditemukan Virus Corona pada Kelelawar yang Ditangkap pada 2010 di Kamboja

Mutasi virus hal biasa

Mutasi virus adalah hal biasa yang terjadi pada banyak virus. Pada jenis virus RNA termasuk di dalamnya virus corona, mutasi virus corona lebih mudah terjadi dibanding jenis lain.

Proses mutasi dapat terjadi karena beberapa hal. Di antaranya akibat adanya kesalahan penyalinan sederhana pada tubuh virus saat mereka mereplikasi dirinya.

Meski demikian, dibandingkan jenis virus RNA lain, virus corona lebih jarang melakukan kesalahan replikasi karena memiliki proofreader bawaan.

Selain itu, mutasi juga dapat terjadi ketika dua jalur virus yang berbeda menginfeksi inang secara bersamaan seperti yang banyak dilakukan jenis virus influenza.

Terakhir, respons imun tubuh seseorang yang terinfeksi juga dapat menyebabkan virus bermutasi akibat adanya pengeditan RNA inang.

Balloux menyebut sejauh ini mutasi muncul dari mekanisme yang terakhir ini di mana mekanisme ini cenderung netral, tidak melukai virus namun juga tidak membantunya.

"Mutasi yang sangat merusak, yang mencegah invasi inang virus, akan dengan cepat dibersihkan dari populasi. Mutasi yang hanya sedikit merusak dapat dipertahankan, jika hanya sementara. Sebaliknya, mutasi netral dan khususnya yang menguntungkan dapat mencapai frekuensi yang lebih tinggi," tim Balloux menulis.

Baca juga: Studi Ini Klaim Penularan Virus Corona melalui Uang Kertas Rendah

Para ahli di dunia banyak berdebat terkait bagimana mutasi virus corona mempengaruhi pandemi.

Melansir dari New York Post, Senin (24/11/2020) satu studi sebelumnya menemukan wabah di komunitas di Inggris tumbuh lebih cepat ketika diunggulkan oleh varian 614G daripada ketika diunggulkan oleh leluhurnya di Wuhan.

Studi yang lain melaporkan hamster lebih cepat menginfeksi satu sama lain saat terkena varian mutasi virus corona. Mutasi juga disebut menginfeksi jaringan bronkial dan hidung manusia dalam cawan kultur sel jauh lebih pintar daripada leluhurnya.

Namun, sejumlah ahli juga menilai kemunculan mutasi virus D614G sebagian besar hanya dijadikan penghindaran kesalahan politik.

Kurangnya tindakan penahanan virus corona secara tepat, menurut mereka, sebagian besar menjadi penyebab wabah yang banyak muncul kembali dibandingkan karena mutasi.

"Alasan penyebarannya adalah orang-orang tidak memiliki tindakan yang cukup," kata Kari Stefansson, Pendiri dan Kepala Eksekutif deCODE Genetics, sebuah firma analisis genom terkemuka yang berbasis di Islandia.

“Tampaknya politik yang sangat buruk untuk menyalahkan kekurangan pada virus. Mereka harus memilih seseorang dengan ukuran mereka sendiri, bukan virus sekecil ini," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com