Sedangkan pasien Covid-19 tanpa komorbid bisa mengalami gejala berat atau parah karena badai sitokin.
"Seringkali yang membuat kejadian fatal itu adalah respons tubuh terhadap virus SARS-CoV-2 di antaranya adalah badai sitokin. Ketika badai sitokin ini muncul jika tidak segera diatasi bisa fatal sekali," ujarnya.
Sitokin itu bagian dari sistem imun.
Dicky mengibaratkan mereka seperti tentara yang bertugas melindungi tubuh dari virus. Tapi saat badai sitokin, tentara tersebut terlalu banyak dan justru menyerang organ manusia.
Baca juga: Benarkah Gunakan Masker Ganggu Kinerja Paru-paru?
Dikutip Kompas.com, 16 Mei 2020, sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.
Sitokin itu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel tersebut untuk memicu reaksi peradangan.
Pada kasus Covid-19, sitokin bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindunginya dari serangan SARS-CoV-2.
Baca juga: Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya Nasionalisme Vaksin...
Dalam kondisi normal, sitokin hanya berfungsi sebentar dan akan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi.
Akan tetapi pada kondisi badai sitokin, sitokin terus mengirim sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.
Akibatnya, paru-paru juga kena imbas peradangan karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus.
Tanpa penanganan yang tepat, fungsi paru-paru pasien dapat menurun dan membuat pasien sulit bernapas.
Itulah yang menyebabkan pasien tak bisa bertahan atau meninggal dunia.
Baca juga: 130 Dokter Meninggal akibat Covid-19, Dokter Umum Paling Banyak