Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Panggilan Baru Santri Millenial

Kompas.com - 26/10/2020, 14:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KAMIS, 22 Oktober 2020, adalah hari peringatan kelima Hari Santri Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 15 Oktober 2015.

Penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional itu terkait dengan peranan para santri dalam melawan Belanda saat agresi militer kedua.

Pertanyaan, jika pada zaman kemerdekaan para santri berjuang dan mati syahid melawan kaum penjajah, lantas apa peran para santri milenial sekarang ini?

Nasrullah Nurdin dalam bukunya “Generasi Emas Santri Zaman Now” (2019, hal.3-4), menyebut, istilah santri milenial atau santri zaman now adalah para santri yang kini berusia antara antara 20 hingga 40 tahun karena mereka lahir antara awal 1980-an hingga awal 2000-an.

Mereka adalah generasi yang mendalami ajaran agama Islam sekaligus juga melek internet, mengusai teknologi informasi dan digitalisasi, suka dengan kebebasan, senang melakukan personalisasi, mengandalkan kecepatan informasi yang instan, suka belajar, bekerja dengan lingkungan inovatif, aktif berkolaborasi, menguasai hyper technology, kritis dan terbiasa berfikir out of the box, sangat confidence, connected atau pandai bersosialisasi, gemar di media sosial dan sangat tergantung pada internet.

Santri zaman kemerdekaan

Panggilan tugas santri milenial atau santri zaman now tentu saja berbeda dari panggilan zaman dulu. Mengutip Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Dr KH Said Aqil Siradj, MA, Nasrullah Nurdin (2019) mengatakan, santri adalah kelompok umat yang menerima ajaran-ajaran Islam dari para kiai, para kiai dan gurunya para ulama, dan para ulama dan guru-gurunya yaitu para wali songo, yang telah berhasil mengislamkan masyarakat seluruh Nusantara.

Menurut Nurdin, wali songo berdakwah dan menebarkan ajaran Islam secara damai, tanpa paksaan dan tanpa kekerasan. Tugas utama para santri yaitu menyebarkan ajaran Islam dengan cara damai, tanpa paksaan dan tanpa kekerasan.

Pada zaman Kemerdekaan, selain menyebarkan ajaran Islam, para santri mendapat tugas untuk berjuang dan mati syahid demi membela kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Panggilan baru

Menurut penulis, pada awal abad ke-21 ini, para santri milenial mendapat panggilan baru lagi. Selain mengemban tugas utama melanjutkan dakwah dan menyebarkan ajaran Islam dengan cara damai, para santri milenial terpanggil untuk ikut menjaga keutuhan bangsa dan negara, serta berpartisipasi aktif membangun demi mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, masyarakat makmur sejahtera dan berkeadilan sosial.

Supaya dapat menjalankan tugas/panggilan baru tersebut, para santri milenial harus memperkuat identitas dirinya sebagai santri sejati.

Artinya, pada satu sisi, mereka semestinya mempertebal keimanan, memperkokoh ketaqwaannya kepada Allah SWT, dan terus memperhalus akhlaknya.

Mereka pun harus terus mengasah kecerdasan intelektual, meningkatkan kompetensi dan skills, terutama yang berkaitan dengan teknologi dan digitalisasi.

Pada sisi lain, mereka perlu berjuang melepaskan diri dari kecenderungan umum kaum milenial yaitu suka pada hal yang instan, tidak mendalam, mengabaikan nilai-nilai kebersamaan, dan solidaritas sosial, ingin bebas kebarat-baratan, dan kurang menghargai tata krama.

Lebih dari itu, para santri juga dituntut untuk selalu mengendalikan jari-jari tangannya ketika menggunakan media sosial.

Jika dahulu para santri mengangkat senjata dan bersedia mati syahid melawan kaum penjajah, maka kini para santri milenial dituntut melawan hoaks dan ujaran kebencian yang banyak bertebaran di media sosial dan media online.

Sementara itu, para santri yang memiliki kemampuan menyampaikan gagasan melalui tulisan diharapkan dapat menyebarkan tulisan yang membawa pencerahan dan pesan perdamaian kepada khalayak luas.

Dalam hal ini, mereka dapat mencontoh wali songo yang berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam agama rahmatan lil alamin, yaitu agama yang merupakan bentuk rahmat dan rasa kasih sayang Allah SWT kepada seluruh alam semesta.

Ruang online dan kemajuan teknologi digital, akan memunculkan berbagai macam peluang bagi para santri milenial untuk ikut berperan dalam aktivitas ekonomi dan bisnis berbasis online dan digital.

Mereka dapat mengembangkan aktivitas gaya hidup muslim mulai dari pengabdian agama hingga buku harian perjalanan wisata halal, ulasan makanan atau kuliner halal, blog mode muslim, berjualan secara online, hingga video youtube, musik dan tiktok dengan tampilan, suara, bahasa, dan budaya muslim yang bersifat futuristik.

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com