Lebih lanjut, kekuatan sistem kekebalan berkurang seiring bertambahnya usia, tanpa memandang jenis kelamin, dengan hasil yang menunjukkan bahwa respons sel T pada pria berusia 30-an dan 40-an setara dengan wanita berusia 90-an.
Baca juga: Simak, 4 Cara Mencegah Gejala Nyeri Leher Selama Sekolah dan WFH
Melansir nytimes, tim Iwasaki menganalisis respons kekebalan pada 17 pria dan 22 wanita yang dirawat di rumah sakit segera setelah mereka terinfeksi virus corona.
Para peneliti mengumpulkan darah, usapan nasofaring, air liur, urin, dan feses dari pasien setiap tiga sampai tujuh hari.
Analisis tersebut mengecualikan pasien dengan ventilator dan memakai obat yang mempengaruhi sistem kekebalan.
"Untuk memastikan bahwa kami mengukur respons kekebalan alami terhadap virus," kata Iwasaki.
Para peneliti juga menganalisis data dari 59 pria dan wanita tambahan yang tidak memenuhi kriteria tersebut.
Secara keseluruhan, para ilmuwan menemukan, tubuh wanita menghasilkan lebih banyak sel T, yang dapat membunuh sel yang terinfeksi virus dan menghentikan penyebaran infeksi.
Aktivitas sel T pada pria jauh lebih lemah dan kelambatan itu terkait dengan seberapa sakit pria tersebut, di mana semakin tua pria, respons sel T akan semakin lemah.
Wanita meningkatkan respons imun yang lebih cepat dan lebih kuat, di mana mungkin dikarenakan tubuhnya dirancang untuk melawan patogen yang mengancam bayi yang belum lahir atau yang baru lahir.
Tapi seiring waktu, sistem kekebalan dalam keadaan siaga tinggi yang konstan dapat berbahaya.
Kebanyakan penyakit autoimun, yang ditandai dengan respon imun terlalu kuat, lebih umum terjadi pada wanita daripada pria.
Baca juga: Studi Kemhan AS: Risiko Infeksi Corona di Pesawat Sangat Rendah
Di luar perbedaan biologis, akan sangat sederhana untuk mengabaikan bagaimana aspek gender lainnya seperti perilaku dan norma sosial, yang dapat mempengaruhi pandemi.
Secara umum, pria lebih kecil kemungkinannya untuk khawatir tentang Covid-19 daripada wanita, sesuai dengan pola bahwa wanita pada umumnya memperlakukan protokol kesehatan dengan lebih serius, seperti seperti mengenakan masker dan menerapkan jarak sosial.
Beberapa ahli berharap, momen ini dapat dimanfaatkan untuk menyoroti perbedaan gender dalam kesehatan lainnya.
Bagaimana pun, virus corona bukanlah satu-satunya masalah yang menimpa pria dan wanita secara tidak setara, demikian pula, kanker, asma, penyakit jantung, dan penyakit umum lainnya.
Baca juga: Dokter Meninggal Dunia karena Covid-19 Bertambah, IDI Ingatkan Selalu Waspada OTG
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.