Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Gelombang MJO pada Fase Awal La Nina?

Kompas.com - 18/10/2020, 16:05 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berulang kali mengingatkan fenomena La Nina di Samudera Pasifik dengan intensitas sedang (moderate).

La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normal.

Namun, dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia, baik secara spasial maupun temporal.

Selain pengaruh sirkulasi angin monsun dan anomali iklim di Samudera Pasifik, penguatan curah hujan di Indonesia juga turut dipengaruhi oleh penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa gelombang Madden Julian Oscillation (MJO).

Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG: Jakarta Cerah Berawan, Bodebek Berpeluang Hujan

Apa itu gelombang MJO?

Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini BMKG Miming Saepudin mengatakan, MJO merupakan fenomena di atmosfer yang mengindikasikan pergerakan sistem konvektifitas udara skala besar. 

Ia menjelaskan, fenomena ini terjadi di sekitar wilayah ekuatorial.

Sistem konvektivitas udara skala besar ini berpropagasi ke arah timur mulai dari arah Samudera Hindia ke arah Samudera Pasifik dan melewati wilayah Indonesia.

"MJO memiliki siklus propagasi 30 hingga 90 hari, yang berarti bahwa dampak aktifnya MJO terjadi di suatu wilayah di sepanjang ekuator (dalam hal ini wilayah Indonesia) dapat berulang sekitar 30-90 hari," ujar Miming saat dihubungi Kompas.com, Minggu (18/10/2020).

MJO aktif ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia sehingga potensi terjadinya hujan intensitas lebat menjadi lebih tinggi terjadi di suatu wilayah.

Disebutkan, gelombang MJO terjadi pada fase awal La Nina.

Baca juga: Jokowi Peringatkan soal La Nina, Kenali Dampak dan Hal yang Diwaspadai

Sementara, La Nina merupakan fenomena dinamika atmosfer yang memiliki siklus kejadian dalam periode tahunan.

"Secara dinamika atmosfer, saat terjadinya fenomena La Nina, pola konvektifitas udara skala besar yang mengindikasikan signifikansi atau penguatan pertumbuhan awan hujan secara umum terjadi di wilayah Indonesia," ujar Miming.

"Itulah kenapa fenomena La Nina sangat identik dengan potensi penambahan peluang curah hujan di wilayah Indonesia," lanjut dia.

Miming mengungkapkan, ketika MJO atau La Nina terjadi pada periode musim hujan, maka salah satu kemungkinan yang dapat terjadi adalah adanya potensi peningkatan intensitas curah hujan lebih dari rata-rata.

Kemungkinan, hal ini dapat terjadi pada periode musim hujan 2020/2021 di sebagian besar wilayah Indonesia.

La Nina berkontribusi signifikan pada peningkatan curah hujan pada saat musim hujan.

Dengan adanya aktivitas La Nina dan MJO pada saat yang bersamaan ini, BMKG memperkirakan, dalam periode sepekan ke depan akan terjadi peningkatan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disetai kilat/petir dan angin kencang.

BMKG mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan kondisi cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin.

Baca juga: Peringatan Dini La Nina di Sulsel, Ini Saran BMKG

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com