Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Itu Gelombang MJO pada Fase Awal La Nina?

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berulang kali mengingatkan fenomena La Nina di Samudera Pasifik dengan intensitas sedang (moderate).

La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normal.

Namun, dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia, baik secara spasial maupun temporal.

Selain pengaruh sirkulasi angin monsun dan anomali iklim di Samudera Pasifik, penguatan curah hujan di Indonesia juga turut dipengaruhi oleh penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa gelombang Madden Julian Oscillation (MJO).

Ia menjelaskan, fenomena ini terjadi di sekitar wilayah ekuatorial.

Sistem konvektivitas udara skala besar ini berpropagasi ke arah timur mulai dari arah Samudera Hindia ke arah Samudera Pasifik dan melewati wilayah Indonesia.

"MJO memiliki siklus propagasi 30 hingga 90 hari, yang berarti bahwa dampak aktifnya MJO terjadi di suatu wilayah di sepanjang ekuator (dalam hal ini wilayah Indonesia) dapat berulang sekitar 30-90 hari," ujar Miming saat dihubungi Kompas.com, Minggu (18/10/2020).

MJO aktif ini dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia sehingga potensi terjadinya hujan intensitas lebat menjadi lebih tinggi terjadi di suatu wilayah.

Disebutkan, gelombang MJO terjadi pada fase awal La Nina.

Sementara, La Nina merupakan fenomena dinamika atmosfer yang memiliki siklus kejadian dalam periode tahunan.

"Secara dinamika atmosfer, saat terjadinya fenomena La Nina, pola konvektifitas udara skala besar yang mengindikasikan signifikansi atau penguatan pertumbuhan awan hujan secara umum terjadi di wilayah Indonesia," ujar Miming.

"Itulah kenapa fenomena La Nina sangat identik dengan potensi penambahan peluang curah hujan di wilayah Indonesia," lanjut dia.

Miming mengungkapkan, ketika MJO atau La Nina terjadi pada periode musim hujan, maka salah satu kemungkinan yang dapat terjadi adalah adanya potensi peningkatan intensitas curah hujan lebih dari rata-rata.

Kemungkinan, hal ini dapat terjadi pada periode musim hujan 2020/2021 di sebagian besar wilayah Indonesia.

La Nina berkontribusi signifikan pada peningkatan curah hujan pada saat musim hujan.

Dengan adanya aktivitas La Nina dan MJO pada saat yang bersamaan ini, BMKG memperkirakan, dalam periode sepekan ke depan akan terjadi peningkatan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disetai kilat/petir dan angin kencang.

BMKG mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan kondisi cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/18/160500765/apa-itu-gelombang-mjo-pada-fase-awal-la-nina-

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke