Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] 7 Kebiasaan yang Merusak Otak Diklaim dari WHO

Kompas.com - 17/10/2020, 19:00 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Di media sosial beredar informasi mengenai tujuh kebiasaan yang merusak otak yang diklaim berasal dari World Health Organization (WHO).

Kebiasan-kebiasan itu antara lain tidak sarapan, tidur larut malam, dan makan saat menonton televisi atau menatap komputer.  

WHO menegaskan pihaknya tidak pernah mengeluarkan informasi tersebut. Tujuh kebiasaan tersebut pun tidak terbukti dapat merusak otak.

Narasi yang Beredar

Sejumlah akun Facebook mengunggah narasi mengenai tujuh kebiasaan yang merusak otak. Narasi itu diklaim berasal dari badan kesehatan dunia WHO.

Salah satu akun penyebar narasi tersebut yakni Dr-Shafiq Miyazi. Pada 1 Oktober 2020 dia menulis status berisi tujuh kebiasaan merusak otak. Tertulis juga World Health Organization di akhir rincian kebiasaan yang dimuat dalam statusnya.

Tujuh kebiasaan itu yakni tidak sarapan, tidur larut malam, konsumsi tinggi gula, dan banyak tidur ketika pagi hari.

Lainnya, makan saat menonton televisi atau komputer, memakai topi, syal, atau kaus kaki saat tidur, dan terbiasa menahan buang air kecil.

Berikut isi statusnya:

"Seven (7) Biggest brain damaging habits:
1. Missing breakfast
2. Sleeping late
3. High sugar consumption
4. More sleeping specially at morning
5. Eating meal while watching TV/ Computure/ Mobile
6. Wearing cap, scrap or shocks while sleeping
7. Habit of blocking/ stoping urine
Don't just read forward to whome you care as I care for u.
World Health Organization"

Status Facebook soal 7 kebiasaan yang bisa merusak otak, diklaim berasal dari WHO.Facebook Status Facebook soal 7 kebiasaan yang bisa merusak otak, diklaim berasal dari WHO.

Akun Facebook Hussen Rafi Ambia dan Saifur Rahman Faysal juga menulis status yang sama pada awal Oktober 2020.

Informasi soal tujuh kebiasaan yang dapat merusak otak sebelumnya pernah beredar dalam bentuk infografis, disertai lambang World Health Organization.

Penjelasan WHO

Perwakilan WHO untuk Filipina menegaskan pesan tersebut bukan berasal dari WHO.

"[Gambar] tidak berasal dari Organisasi Kesehatan Dunia," katanya via e-mail dikutip AFP Fact Check, Senin (12/10/2020).

Perwakilan WHO tersebut menjelaskan bahwa tujuh "kebiasaan" yang tercantum dalam grafik tersebut belum terbukti secara ilmiah menyebabkan kerusakan otak.

"Melewatkan sarapan, tidur larut malam, konsumsi gula tinggi, tidur di pagi hari, makan sambil menonton TV atau di komputer, memakai pakaian saat tidur, menahan buang air kecil tidak terbukti menyebabkan kerusakan otak," katanya.

Mengutip situs web WHO, perkembangan dan kesehatan otak dari pra-konsepsi hingga akhir kehidupan ditentukan oleh faktor sosial dan biologis yang saling berhubungan, termasuk genetika.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, informasi di media sosial soal tujuh kebiasaan yang dapat merusak otak yang diklaim berasal dari WHO tidak benar.

WHO tidak pernah mengeluarkan informasi tersebut. WHO juga menegaskan tujuh kebiasaan tersebut tidak terbukti mengakibatkan kerusakan otak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com