Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: 18 Tahun Tragedi Bom Bali I

Kompas.com - 12/10/2020, 10:38 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 18 tahun lalu, tepatnya pada 12 Oktober 2002, tiga buah bom meledak di kawasan Kuta dan Denpasar, Bali.

Serangkaian ledakan bom tersebut terjadi sekitar pukul 23.15 waktu setempat.

Mengutip Harian Kompas, ledakan pertama terjadi lima meter di depan Diskotek Sari Club, yang berlokasi di Jalan Legian, Kuta.

Tidak berselang lama, sebuah bom kembali meledak di Diskotek Paddy's yang berada di seberang Sari Club.

Sementara, ledakan ketiga terjadi sekitar 100 meter dari Kantor Konsulat Amerika Serikat di daerah Renon, Denpasar Bali.

Selain mengakibatkan kerusakan bangunan, tiga ledakan bom itu juga menewaskan 202 orang yang saat itu berada di lokasi kejadian. Mayoritas korban merupakan warga negara Australia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Maluku Utara Resmi Jadi Provinsi

Pelaku pengeboman

Dalam pengejaran terhadap tersangka pengeboman, polisi berhasil menangkap Amrozi bin H Nurhasyim yang didakwa hukuman mati.

Polisi juga menangkap Imam Samudra alias Abdul Aziz. Sama seperti Amrozi, Imam Samudra juga dijatuhi hukuman mati.

Pelaku lain yang terlibat dalam tragedi ini adalah Ali Ghufron bin H Nurhasyim alias Muklas, yang juga mendapatkan vonis hukuman mati.

Adapun tersangka lain seperti Ali Imron bin H Nurhasyim alias Alik divonis penjara seumur hidup.

Vonis serupa juga diterima oleh Mubarok alias Utomo Pamungkas dan Suranto Abdul Goni alias Umar alias Wayan.

Sementara tersangka lain, Dulmatin, tewas dalam pengepungan di Pamulang, Tangerang Selatan.

Adapun teroris yang paling dicari yakni Dr Azahari bin Husin atau yang sering disebut sebagai The Demolition Man tewas pada 2005.

Dari fakta persidangan, diyakini bahwa para pelaku merupakan anggota Jamaah Islamiyah (JI).

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kelahiran Mahatma Gandhi, Pemimpin Kemerdekaan India

Dampak ledakan

Akibat dari ledakan bom pertama dan kedua, bangunan Sari Club, Diskotek Paddy's dan Panin Bank yang terletak persis di depan Sari Club terbakar.

Selain itu, puluhan bangunan yang berada di radius 10 hingga 20-an meter dari lokasi rusak berat. Adapun kaca-kaca hotel, toko maupun tempat hiburan lainnya tidak luput dari kerusakan.

Kuatnya ledakan juga membuat kantor biro perjalanan yang berada di samping Sari Club rata dengan tanah.

Kerusakan yang sama juga terjadi di lokasi ledakan ketiga, sekitar 100 meter dari Kantor Konsulat Amerika Serikat.

Ledakan di ketiga tempat tersebut menyisakan lubang selebar 4-4,5 meter dengan kedalaman 80 sentimeter.

Ayah Garil memarkir mobilnya di depan Sari Club untuk menunggu penumpang. Getty Images Ayah Garil memarkir mobilnya di depan Sari Club untuk menunggu penumpang.

Kisah keluarga korban

Salah satu warga negara Indonesia yang tewas dalam peristiwa tersebut adalah Aris Munandar. 

Diberitakan Kompas.com, 18 Februari 2020, saat peristiwa itu terjadi, Aris sedang menunggu tamu di depan Sari Club yang dipenuhi pengunjung berkewarganegaraan asing. 

Ia diduga tidur pulas setelah minum obat sebelum menunggu tamu.

Aris ditemukan sehari setelah bom seberat 1,1 ton meledak. Jenazahnya hangus terbakar dan nyaris tak dikenali.

Garil Arnandha (27), putra sulung Aris, menceritakan beban berat yang selama ini dia pikul setelah tragedi itu merenggut nyawa ayahnya.

Pada 13 Oktober 2002, sekitar pukul dua siang, Garil yang masih berusia 10 tahun ditemani kakek angkatnya melihat jenazah ayahnya diturunkan dari mobil di depan kediaman keluarganya di Denpasar.

Adik kedua dan ketiganya saat itu masing-masing berumur lima tahun dan dua tahun. Ibunya, Endang Isnanik, saat itu sedang sakit.

Saat jenazah Aris datang, Endang hanya melihat dari kejauhan. 

Hari itu juga, setelah diturunkan di kediaman keluarga, jenazah Aris disalatkan di masjid dan kemudian dikuburkan.

Setelah peristiwa naas itu, Garil mengaku memendam kemarahan, kesedihan, depresi, dan trauma.

Ia bahkan baru pertama kali melihat nama ayahnya tertulis di monumen peringatan Bom Bali I di Legian, Bali saat peringatan 17 tahun Bom Bali pada 12 Oktober 2019 lalu.

Selama 17 tahun ia memilih mengurung diri di dalam kamar setiap peringatan Bom Bali pada 12 Oktober yang menewaskan sang ayah.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Bom Bali II, 23 Orang Meninggal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com