Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Krisis Wabah Demam Kuning Landa Philadelphia

Kompas.com - 11/10/2020, 08:45 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, 227 tahun yang lalu, tepatnya 11 Oktober 1793, angka kematian yang disebabkan oleh epidemi demam kuning atau yellow fever di Philadelphia mencapai 100 orang.

Hingga akhir pandemi, total 5.000 kasus kematian akibat penyakit ini terjadi di sana. 

Demam kuning atau dikenal juga sebagai "Wabah Amerika" saat itu, merupakan penyakit menular yang dimulai dengan gejala demam dan nyeri otot. 

Baca juga: Bagaimana Vaksin Flu dapat Membantu Melawan Covid-19?

Setelah itu, para pasien akan mengalami penyakit kuning. Oleh karena itu, epidemi ini disebut sebagai demam kuning.

Sebab, hati dan ginjal dari para pasien ini berhenti berfungsi secara normal.

Beberapa penderita kemudian juga mengalami gejala yang lebih buruk seperti muntah darah. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya pendarahan internal di saluran pencernaan.

Banyak korban mengigau sebelum pada akhirnya meninggal dunia.

Baca juga: Saat Ratusan Orang Meninggal karena Salah Informasi Covid-19...

Awal wabah

Ilustrasi nyamuk, mosquito-borne diseaseShutterstock Ilustrasi nyamuk, mosquito-borne disease

Melansir History, wabah pertama demam kuning di Amerika Serikat (AS) terjadi pada akhir 1690-an. 

Hampir 100 tahun setelahnya, di akhir musim panas 1793, para pengungsi dari epidemi demam kuning di Karibia pergi ke Philadelphia.

Dalam seminggu, orang-orang di dalam kota tersebut pun mulai mengalami gejala-gejala demam kuning.

Baca juga: Virus Corona, Wabah Demam Berdarah, dan Analisis Para Ahli...

Namun demikian, penyebab dari munculnya wabah ini tidak diketahui secara pasti. 

Seorang dokter ternama di Philadelphia saat itu, Benjamin Rush meyakini bahwa penyakit ini disebabkan oleh kondisi sanitasi yang buruk dan udara kota yang terkontaminasi.

Saat penyakit mulai menyebar, para warga Philadelphia berusaha keras untuk mencegah paparannya.

Mereka mulai menjaga jarak satu sama lain dan menghindari jabat tangan.

Baca juga: Saat Australia Mencoba Alternatif Pelacakan Virus Corona Melalui Selokan...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com