Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal 9 Kandidat Vaksin Virus Corona

Kompas.com - 10/10/2020, 19:07 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Teknologi ini tidak pernah memiliki izin untuk penyakit apa pun. Jika berhasil, ini akan menjadi vaksin mRNA pertama yang disetujui untuk digunakan manusia.

Baca juga: Apa yang Diketahui dan Tidak Diketahui tentang Penyakit Covid-19 Donald Trump

Vaksin ini membutuhkan dua dosis, selang empat minggu.

Pada 27 Juli, Moderna mengumumkan telah memulai uji klinis tahap ketiga, meskipun terus memantau hasil tahap kedua.

Penemuan awal dari fase satu telah menunjukkan bahwa subjek yang sehat, termasuk pasien lansia, menghasilkan antibodi virus corona dan reaksi dari sel T.

Sementara itu, tahap ketiga akan menguji vaksin pada 30.000 peserta di AS.

Moderna mengatakan pihaknya berada di jalur yang tepat untuk mengirimkan setidaknya 500 juta dosis per tahun mulai 2021, sebagian berkat kesepakatan yang telah dicapai dengan pabrikan Swiss Lonza yang akan memungkinkannya memproduksi hingga satu miliar dosis setahun.

Meski begitu, perusahaan menambahkan bahwa vaksin kemungkinan tidak akan tersedia secara luas pada paruh pertama 2021.

Baca juga: Saat Masker Disebut Lebih Efektif Cegah Covid-19 Dibanding Vaksin...

4. Pfizer

Salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia, yang berbasis di New York, bekerja sama dengan perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech mengembangkan vaksin bernama BNT162b2.

Pfizer dan BioNTech juga mengembangkan vaksin mRNA berdasarkan upaya perusahaan Jerman sebelumnya untuk menggunakan teknologi tersebut dalam vaksin kanker eksperimental.

Pada 27 Juli, Pfizer dan BioNTech meluncurkan uji coba yang menggabungkan fase dua dan tiga dengan mendaftarkan populasi yang beragam di daerah dengan penularan SARS-CoV-2 yang signifikan.

Baca juga: Update: Hal-hal yang Perlu Diketahui tentang Covid-19

Hal tersebut memperluas uji coba untuk menyertakan 44.000 orang di berbagai negara.

Proyek ini bertujuan mencari tinjauan regulasi sebelum akhir tahun, dan berharap dapat memasok 1,3 miliar dosis pada akhir 2021.

Hasil awal dari data fase satu dan dua menunjukkan vaksin tersebut menghasilkan antibodi dan respons sel-T yang spesifik untuk SARS-CoV-2.

Baca juga: Lebih dari 1.000 Mahasiswa di Universitas Newcastle Inggris Terinfeksi Covid-19

5. Universitas Oxford

Universitas Inggris, bekerja sama dengan perusahaan biofarmasi AstraZeneca mengembangkan vaksin ChAdOx1 nCoV-19, dikenal sebagai vaksin vektor virus, disajikan ke sistem kekebalan.

Tim peneliti Oxford telah mentransfer protein SARS-CoV-2, yang membantu virus corona menyerang sel, menjadi versi adenovirus yang dilemahkan, yang biasanya menyebabkan flu biasa.

Saat adenovirus ini disuntikkan ke manusia, diharapkan lonjakan protein tersebut akan memicu respons imun.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Disebutkan Akan Tersedia pada Akhir Tahun Ini, Benarkah?

AstraZeneca dan Oxford berencana untuk memproduksi satu miliar dosis vaksin untuk dijual dengan harga tertentu.

Hasil awal dari dua fase uji klinis pertama kandidat ini mengungkapkan bahwa vaksin telah memicu respons imun yang kuat, termasuk peningkatan antibodi dan respons dari sel-T, dengan hanya efek samping ringan seperti kelelahan dan sakit kepala.

Vaksin tengah berada dalam uji klinis fase tiga yang akan dilakukan di berbagai negara, termasuk Brazil, Amerika Serikat, hingga Afrika Selatan.

Pada 8 September, AstraZeneca menghentikan uji coba untuk tinjauan keamanan karena reaksi merugikan pada salah satu peserta.

Baca juga: 130 Dokter Meninggal akibat Covid-19, Dokter Umum Paling Banyak

5. Sinovac

Perusahaan biofarmasi China bekerja sama dengan pusat penelitian Brasil, Butantan tengah mengembangkan vaksin CoronaVac.

Vaksin ini menggunakan versi virus corona yang tidak menular, meski patogen yang tidak aktif tak dapat lagi menghasilkan penyakit, namun masih dapat memicu respons imun seperti vaksin influenza tahunan.

Pada 3 Juli, badan otoritas Brazil memberikan persetujuan kandidat vaksin ini melanjutkan ke fase tiga.

Baca juga: Hasil Uji Vaksin Corona Sinovac Diklaim Aman, tapi Lemah pada Lansia

Hasil awal pada monyet kera, yang diterbitkan dalam Science , mengungkapkan bahwa vaksin tersebut menghasilkan antibodi yang menetralkan 10 galur SARS-CoV-2.

Sinovac juga telah merilis hasil pracetak dari uji coba fase kedua pada manusia yang juga menunjukkan vaksin tersebut menghasilkan antibodi tanpa reaksi merugikan yang parah.

Tahap ketiga akan merekrut hampir 9.000 profesional perawatan kesehatan di Brazil. Sinovac juga akan melakukan uji coba fase tiga di Indonesia dan Bangladesh.

Baca juga: Berikut 10 Provinsi dengan Kasus Covid-19 Tertinggi di Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com