Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Kemenkes soal Klaster Keluarga di Kota Bogor

Kompas.com - 08/10/2020, 18:33 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, kasus Covid-19 yang ada di Kota Bogor didominasi oleh klaster keluarga.

Mengutip laman resmi Kemenkes, Kamis (8/10/2020), klaster rumah tangga menjadi faktor risiko dan menunjukkan kenaikan kasus paling tinggi.

Data hingga 4 Oktober 2020, jumlah kasus klaster keluarga mencapai 625 kasus atau sekitar 46 persen.

Sementara, di luar kota Bogor sebanyak 363 kasus (26,7 persen) dan non klaster 179 (13,2 persen).

Peningkatan ini teramati pula dengan banyaknya kasus positif pada anak dan lansia yang sebenarnya mereka cenderung berada di dalam rumah.

“Berdiam diri di rumah tidak memberikan kepastian tidak terkena COVID-19, sepanjang salah satu anggota masih keluar rumah atau menerima tamu dan tidak menerapkan protokol kesehatan. Maka, masih ada kemungkinan terkena (COVID-19) dan menyebar di keluarga,” kata Staf Khusus Menteri Bidang Hukum Kesehatan, Kuwat Sri Hudoyo.

Ia menyebutkan, klaster keluarga dikhawatirkan menjadi semakin besar.

Baca juga: Pasien OTG Klaster Keluarga Harus Diisolasi, Jabar Siapkan Gedung Negara atau Hotel

Oleh karena itu, menurut dia, hal itu bisa diatasi dengan isolasi di fasilitas pemerintah jika protokol kesehatan di dalam rumah sulit diterapkan semua anggota keluarga.

Alasan lain, isolasi di fasilitas kesehatan pemerintah bisa dilakukan karena harus ada orang yang mengawasi selama masa isolasi.

Hal ini karena tidak semua keluarga paham mengenai Covid-19.

Kuwat mengatakan, ia telah mendatangi Kota Bogor didampingi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah dan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno.

Kehadiran Kuwat dan Tim Task Force bertujuan melihat perkembangan penanganan kasus Covid-19.

Saat ini Bogor telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas (PSBMK).

Kasus di kota ini ,kasus mingguan per tanggal 28 September-4 Oktober 2020 adalah 179 kasus.

Angka ini meningkat 15 persen dari minggu sebelumnya yang berjumlah 155 kasus.

Sementara, jumlah pasien sembuh turun dari 70,1 persen menjadi 68,4 persen.

Demikian pula angka kematian yang menurun dari 3,8 persen menjadi 3,6 persen.

Penambahan kasus didominasi oleh pasien usia 20-49 tahun dengan persentase sebanyak 59,5 persen.

Untuk risiko tinggi lansia dan pra lansia serta lebih dari 50 tahun ke atas sebesar 27,5 persen.

Sementara itu, dari data per tanggal 4 Oktober 2020, kasus kematian paling tinggi berusia 50-59 tahun mencapai 31 persen.

Baca juga: Klaster Keluarga Terus Melonjak, Kini Kasus Covid-19 di Kota Bekasi Capai 3.237

Data kematian dengan komorbid yaitu jantung 37 persen, diabetes melitus 37 persen, hipertensi 32 persen, bronkopneumonia 11 persen, dan stroke 5 persen.

“Kami mempunyai target tes PCR 1000/minggu dengan prioritas kontak erat, pasien RS atau puskesmas, perkantoran, pertokoan, massal, tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan” jelas Kuwat.

Berikut sejumlah langkah yang diambil Pemerintah Kota Bogor untuk menurunkan kasus klaster keluarga:

  1. Mendorong pasien konfirmasi positif tanpa gejala/ gejala ringan untuk diisolasi di Pusat Isolasi Non Fasyankes dan saat ini sedang proses pengajuan hotel sebagai tempat isolasi dengan skema pembiayaan dari pusat (BNPB) dengan kapasitas 300 kamar
  2. Mengaktifkan tim pantau detektif COVID-19 di RW siaga untuk memantau pasien yang isolasi mandiri di rumah agar benar-benar disiplin dan tidak beraktivitas di luar rumah serta memantau perkembangan kondisi klinisnya setiap hari
  3. Bagi anggota keluarga yg bekerja di luar rumah atau luar kota diimbau sepulang kerja untuk segera membersihkan diri, mandi, dan mendesinfeksi barang yang dibawa (tas, hp) baru berinteraksi dengan anggota keluarga lain
  4. RW siaga mendata dan memantau anggota warganya yang bekerja di luar Kota Bogor
  5. RW siaga mendata warganya yang akan bepergian ke luar kota dan bagi warga yang baru saja pulang bepergian dari luar kota agar melapor ke RW siaga dan melakukan karantina mandiri selama 14 hari.

Klaster Keluarga

Sebelumnya, diberitakan Kompas.com, 9 September 2020, epidemiolog Griffth University Dicky Budiman mengatakan, salah satu klaster yang dapat dengan cepat menyebarkan Covid-19 adalah klaster keluarga.

Hal semacam ini, menurut dia, telah tampak sejak awal pandemi.

"Kontribusi klaster keluarga dari berbagai negara sangat tinggi. Rata-rata lebih dari 50 persen," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/9/2020) malam.

Contohnya, yang terjadi di China maupun Amerika Serikat, di mana klaster keluarga menyumbang 50 hingga 80 persen penyebaran virus.

Dicky mengungkapkan, kasus infeksi virus corona di lingkup keluarga berpeluang muncul karena adanya kontak sosial yang erat.

Faktor kedekatan cenderung membuat anggota keluarga mengabaikan protokol kesehatan.

"Itu yang menyebabkan menjadi sangat cepat dan mudah menular," kata dia.

Dicky mengimbau setiap orang untuk menerapkan protokol kesehatan dan mencegah penyebaran virus Covid-19.

Salah satu cara pencegahan termudah dapat dimulai dari diri sendiri. Di antaranya menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, dan tetap menjaga jarak.

Baca juga: Cegah Klaster Keluarga, Warga Diimbau Ganti Pakaian dan Mandi Saat Pulang ke Rumah

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Macam-macam Penularan Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com